Tabaarakalladzii biyadihi mulku, wa huwa ‘ala kulli syai’inqadiir.” Maha Suci Allah yang menguasai segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al Mulk : 1)
Dia lah Allah, dzat Yang Maha Kuasa, menciptakan semesta dengan segala keteraturannya. Tak ada satu pun dari setitik debu yang diciptakan-Nya dalam keadaan tak seimbang. Berputarlah, bumi, bulan, dan matahari sesuai perhitungan-Nya, tak pernah lebih cepat, pun tak pernah lebih lambat, semua tunduk akan kuasaNya.
Direndahkannya hamparan bumi dan ditnggikannya hamparan langit, hingga manusia dan makhluk lainnya tak bersesak-sesak hidup di bumi.
Diciptakannya siang sebagai ladang merengkuh berkah disetiap laku, tindak dan ucap makhluk-Nya, dan diciptakan malam sebagai serambi tuk bernaung, merintih sesal, bersedu merdu, bermunajat haru memohon ampun atas laku dan ucap yang tak sesuai arahan Sang Khaliq.
Diciptakanlah ibu sebagai madrasah penuh kasih, penuh kelembutan, penuh perasaan, penuh kehangatan dan cinta untuk anak-anaknya. Ada kasih di setiap tuturnya, ada cinta disetiap belainya, ada kehangatan disetiap senyumnya.
Dan diciptakanlah bapak sebagai madrasah keteladanan, ketegasan, wibawa dan kebijaksanaan untuk anak-anaknya. Walaupun kadang seorang bapak tak sepandai ibu dalam menunjukkan kasih dan sayangnya, terkadang dingin, dan sibuk dengan pekerjaannya, namun kamu harus tau? bahwa di balik itu ada kebanggaan yang amat luar biasa besar yang tak kamu tahu dari seorang bapak untuk anak-anaknya.
Dini hari, di stasiun kereta selepas perjalanan djogja - Surabaya Gubeng. Muka loyo karena tak bisa tidur sepanjang perjalanan.
“Mas taksi mas?” Seorang bapak-bapak supir taksi, sekitar usia lima puluhan, berbadan agak tambun, mengenakan seragam taksi ditambah topi berlogo marinir menawariku taksi. Aku hanya mengangguk dan mengikuti pak supir. Rencananya aku mau tidur di perjalanan Stasiun menuju Armatim. Ngantuk berat.
Di mobil.
“Griya nipun ngendi mas e?” Pak supir mencoba memecah keheningan dini hari.
“Kulo saking djogja pak, manawi kulo boten sae nganggo boso jowo, ngapunten nggih.” Sambil bingung bapaknya nanya apa, dan jawab sekenanya.
Bapaknya ketawa mendengar logat jawa yang aneh dan mungkin gak bener juga.
“Owalaah mas e wong jowo juga to.” Singkat ceritanya pak supir ini ngajari sedikit-sedikit bahasa jawa halus.
Ngobrol ngaler ngidul tentang TNI AL, mulai dari pendidikan hingga sekolah lanjutan,
Sampai pada sebuah obrolan.
“Jadi perwira enak ya ketok e, cari pendamping gampang hehe.”
“Amiiin pak.”
“Anakku gak beruntung e mas, yang nomor 2 sekarang masih cari kerjaan, belum dapet sampe sekarang, dia baru lulus kemaren ini , udah daftar berkali2 belum masuk juga, ngambil Matra AL jg.”
“Bukan gak beruntung pak, mungkin Allah lagi ngasih yang paling baik untuk anak bapak, insyaAllah dapat yang terbaik.” jawabku sekenanya senyum ramah.
“Iya mas mudah-mudahan ya, tapi ya memang anak saya yg nomor 1 ini kebanggaan saya mas, dia bisa masuk Taruna saja saya bersyukur, ketambah lagi semangatnya sekolah lanjutan di amerika perintah KasaL, yoo belajarnya rajin, lulusnya nya kemaren Alhamdulillah 10 besar. Melihat anak saya jauh lebih baik dari saya, saya sangat bangga mas, dan saya berharap kehidupan dia jauh lebih baik.”
Aku terpaku mendengarkan cerita pak Supir..subhanallah.
“Walau yaa saya ini sudah mentok hidup jadi seorang supir, tapi saya gak menyesalinya selama saya melihat anak saya lebih baik dari saya mas. Ini topi yang saya pake ini punya anak saya waktu pendidikan dulu, dikasihkan ke saya, katanya buat nemenin bapak kalo kepanasan pas kerja. Saya bangganya bukan main melihat anak saya yang dulu cuma bisa nangis pas bayi, dan sekarang sudah sedewasa itu. calon mimpin negoro mas” Wajah pak supir sangat sumringah sambil memegang topi yang ia kenakan.
Aku manggut-manggut terpesona melihat ekspresi seorang bapak yang sedang bangga menceritakan anaknya.
“Tapi kadang anak saya ini suka minder, serba takut dan khawatir, mungkin yo karena kasian melihat bapaknya kerja cape banting tulang untuk dia sekolah dulu. Tapi saya bilang gini ke anak saya Kamu jangan takut nak, sekolaho sing duwur, percaya dirilah, biarkan keringat bapak di topimu ini jadi saksi perjalanan kesuksesanmu kelak, InsyaAllah ada jalan.” dan alhamdulilah to lee.
Aku masih terpaku mendengar cerita pak supir satu ini.
“Jadi gitu mas, yang namanya seorang bapak, gak akan menyesali rasa capeknya bekerja, walau secapek apapun itu, sudah jauh terbayar ketika anaknya tumbuh dewasa, menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari bapaknya. Capek, dan materi yang dikeluarkan, gak sebanding dengan rasa bangga bapak ke anaknya.”
“Nggih pak.” aku udah gak bisa komen apa-apa lagi, selain terpaku. senyum dan subhanallah
“Sekolah lagi yang tinggi mas, kalo perlu ambil peluang yang ada, ambilah, ben tambah manfaat.” ngibadah lan nyenengno wong tuwamu
“InsyaAllah pak.”
Sampailah taksi di tujuannya, aku bayar dan turun, berjalan menuju Armatim dengan membawa sebuah perasaan yang entah bagaimana mendeskripsikannya.
Di balik ketegasan, kebijaksanaan, harga diri tinggi dan wibawa seorang bapak, ada sebuah kehangatan yang luar biasa yang bisa melelehkan hati anaknya jika mereka tahu, dan aku baru memahaminya hari itu
Sesungguhnya manusia tidaklah berkuasa atas
berubahnya seseorang. Setiap manusia yang berubah menjadi lebih baik
adalah kehendak-Nya. Katakanlah “ALLAH lah yang menjadikannya lebih baik
dari sebelumnya
Ryant al fatih
0 komentar:
Post a Comment