TUGAS
INTERVENSI II KELOMPOK KOMUNITAS
OLEH :
EKO RIYANTO
11081013
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2014
1.
Buatlah Rancanglah
modul bimbingan kelompok untuk
penanggulangan kasus bullying di SMP.
Carilah kasusnya dari kejadian
sehari-hari yang dimuat di media massa (koran, internet), tulis sumber media
yang Sdr kutip, lengkap dengan identitas dan tanggal pemuatan,
Ilustrasi kasus di Blitar,
Jawa Timur (ANTARA News)
Rabu, 1 Agustus 2012 16:35 WIB.
- Lagi-lagi kasus bullying di sekolah. Seorang siswi SMP di
Kota Blitar, Jawa Timur, Sriharini (15), dirawat serius
di RS Mardi Waluyo Blitar, setelah dikeroyok 14 teman sekolahnya hingga
luka-luka.Humas RS Mardi Waluyo, Rita, Rabu,
mengemukakan kondisi pasien saat ini masih memerlukan perawatan. Ia menderita
cedera kepala setelah dilakukan observasi di ruang unit gawat darurat (UGD)
rumah sakit. Sriharini anak pasangan Subeda (56) dengan Sumartin (43) warga
Jalan Soekarno, Kota Blitar. Dia korban penganiayaan 14 rekannya satu sekolah. Ia mengatakan, "Saya
dikeroyok berkali-kali. Awalnya, saat pulang sekolah, saya diajak sejumlah
teman ke belakang sekolah. Nyatanya, saya dipukuli. Pemukulan kedua di rumah
kosong di Desa Sumberejo." Di rumah kosong itu, ia dikeroyok oleh
sekitar 10 orang rekannya, delapan teman sekolahnya sendiri di SMPN 4 Blitar,
sementara beberapa yang lain dari sekolah lain. "Saya diam ketika dipukul.
Saya tidak mengetahui ada masalah apa," katanya dengan menahan rasa sakit. Sementara itu, Kepala SMPN 4
Blitar, Dwi Santoso, menyesalkan dengan kejadian ini. Ia sudah memanggil
delapan anak didiknya yang diduga terlibat dalam aksi pengeroyokan tersebut. Polresta Blitar saat ini juga
masih memproses masalah ini. Kasus ini dilimpahkan ke Unit Perlindungan
Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Blitar. (*)
Ulasan singkat
Sebuah fenomena dari kasus di atas telah terjadi
pada anak-anak di sekolah dan di masyarakat. Fenomena tersebut ditandai dengan perilaku, seperti menyakiti
dengan lelucon, ejekan dan perkataan yang kasar. Hal tersebut sudah bertambah
parah jika sampai pada panggilan yang buruk, penyerangan secara personal dan
mempermalukan orang lain di depan umum (Ross, 1998). Fenomena tersebut
dinamakan bullying. Dalam kosa kata Bahasa Indonesia ada yang mengartikan
bullying sebagai perilaku "menggertak' atau`menggencet' namun padanan kata
tersebut dirasa belum tepat untuk merepresentasikan kata bullying itu sendiri
sehingga untuk pembahasan selanjutnya, kata bullying akan tetap dipakai.
Bullying dapat didefinisikan sebagai sebuah pola perilaku agresif yang
berulang, dengan intensi yang negatif, diarahkan dari seorang anak kepada anak
yang lain, di mana ada kekuatan yang tidak seimbang (alweus, 1993).Agresivitas
dapat menjadi bullying jika seorang anak mempunyai target orang tertentu
sehingga perilaku tersebut diarahkan kepada orang yang biasanya lemah dan tidak
berdaya (Papalia, 2004) seperti pada kasus di atas. Menurut Dlweus, (1993)
perilaku agresif ini meliputi perilaku fisik atau verbal yang merupakan
perilaku yang terus-menerus dan bertujuan untuk menimbulkan ketidaknyamanan
bagi orang lain.
Bimbingan
kelompok pada kali ini dengan metode presentasi dengan makalah bullying Materinya antara lain.
Modul,
A. Pengertian Bulying
Bullying
berasal dari kata Bully, yaitu "ancaman". Bullying merupakan ancaman
yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang umumnya lebih lemah atau
"rendah" dari pelaku, hal ini menimbulkan gangguan psikis bagi
korbannya berupa stres. yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis,
atau keduanya; misalnya susah makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri,
depresi, cemas, dan lainnya. Korban tindakan Bullying biasanya, disebut bully
boy atau bully girl.
Apapun bentuk
Bully yang dilakukan seorang anak pada anak lain, tujuannya adalah sama, yaitu
untuk "menekan" korbannya, dan mendapat kepuasan dari perlakuan
tersebut. Pelaku puas
melihat ketakutan, kegelisahan, dan bahkan sorot mata permusuhan dari
korbannya.
B.
Bentuk Bullying.
1. Secara fisik :
mendorong dengan sengaja, memukul, menampar,
memalak atau meminta paksa barang yang bukan miliknya (lazim pada anak
laki-laki)
2. Secara verbal :
memaki, mengejek, calling names, menggosip
(lebih pada anak perempuan)
3. Secara psikologis :
mengintimidasi, mengecilkan, mengabaikan dan mendiskriminasikan.
4.
bahkan yang lebih canggih dengan mengirim ejekan melalui SMS atau MMS di
telepon selular atau pun melalui email.
C.
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Bulying
Pepler dan Craig (1988)
mengidentifikasi beberapa faktor internal dan eksternal yang terkait dengan
korban bullying. Secara internal, anak yang rentan menjadi korban bullying
biasanya memiliki temperamen pencemas, cenderung tidak menyukai situasi sosial (social
withdrawal), atau memiliki karakteristik fisik khusus pada dirinya yang tidak
terdapat pada anak-anak lain, seperti warna rambut atau kulit yang berbeda atau
kelainan fisik lainnya. Secara eksternal, ia juga pada umumnya berasal dari
keluarga yang overprotektif, sedang mengalami masalah keluarga yang berat, dan
berasal dari strata ekonomi/kelompok sosial yang terpinggirkan atau dipandang
negatif oleh lingkungan.
D.
Dampak Bullying
Akibat bullying ini tidak dapat
dikatakan main-main. Bullying dapat mengganggu perkembangan sosial dan
emosional anak mulai dari yang ringan, sedang hingga yang serius dan mampu
berakibat pada kematian. Misalnya
v
Dampak Bullying yang ringan :
1.
membenci lingkungan sosialnya
2.
enggan ke
sekolah
3.
selalu
merasa kesepian
4.
sering membolos sekolah.
v
Dampak Bullying ringan :
1.
Prestasi belajar menurun
2.
rasa cemas berlebihan,
3.
selalu merasa takut,
4.
depresi,
5.
gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma
(post-traumatic stress disorder) dapat
timbul pada korban bullying.
6.
Agresif
, bersikap kasar pada orang lain (contoh : pada kakak atau adik bahkan orang )
7.
Menghambat Aktualisasi Diri
Contoh kasus seorang anak sebut
saja Rian, dia mempunyai potensi besar dalam bidang sepakbola sehingga ia
memutuskan untuk bergabung dalam eskul sepakbola di sekolahnya. Namun, yang
terjadi adalah sejak ia bergabung di eskul tersebut, dirinya kerap kali menjadi
korban bullying dari kakak-kakak kelas yang juga anggota eskul tersebut. Ketika
datang agak terlambat, pulang – pulang Rian dipukuli kakak – kakak kelasnya,
atau terkadang dipalak dengan dalih membayar uang terlambat. Pada akhirnya,
akibat rasa takut dan cemas yang terus menerus melanda dirinya, ia pun
kesulitan untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Sayang sekali,
bukan?
v
Dampak Bullying berat :
1.
Phobia sekolah
2.
Depresi
3.
Hasrat bunuh Diri
(Data dari Jepang dinyatakan bahwa 10% korban
bullying mencoba bunuh diri)
E. Tanda – tanda Anak Menjadi Korban
Bulying
1.
Munculnya keluhan atau perubahan perilaku atau emosi anak akibat stres yang ia hadapi
karena mengalami perilaku bullying.
2. Kesulitan untuk tidur.
3. Mengeluh sakit kepala atau perut
4. Tidak nafsu makan atau muntah-muntah
5. Takut pergi ke sekolah
6. Sering pergi ke UKS/ruang kesehatan
7. Menangis sebelum atau sesudah bersekolah
8. Tidak tertarik pada aktivitas sosial yang
melibatkan murid lain
9. Sering mengeluh sakit sebelum berangkat
sekolah
10. Sering mengeluh sakit pada gurunya dan
ingin orangtua segera menjemput pulang
11.
Harga diri yang rendah
12.
Perubahan drastis pada sikap, cara berpakaian, atau kebiasaannya
13.
Kerusakan atau kehilangan barang-barang pribadi, berkurangnya uang jajan
yang tak dapat dijelaskan
14.
Lecet atau luka yang tidak dapat dijelaskan, atau dengan alasan yang
dibuat-buat
15.
Bersikap agresif di rumah
16.
Tidak mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas sekolah, prestasi
menurun
17.
Sering merasa tidak berdaya menghadapi permasalahan, submisif.
F.
Sikap Konselor Pada Anak Bullying
1. Selalu amati dan kenali perilaku
anak-anak kita sehari-hari.
2. Bila ternyata anak kita merupakan
korban, dengarkan apa yang ingin ia sampaikan (meskipun kesannya ‘sepele’),
“aku gak mau sekolah… aku gak suka temanku… temanku jahat ”. Pada anak yang
lebih kecil biasanya akan mengatakan : “temanku nakal”.
3. Jadilah konselor yang mau mendengarkan,
memahami & memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang pada anak.
4. Ajarkan anak untuk berbicara dan
terbuka pada orang dewasa di sekolah, misal : guru, wali kelas, kita sebagai
konselor, ataupun kepala sekolah. Semuanya dimulai dengan selalu membuka
komunikasi yang terbuka, sehat & positif serta penuh kasih sayang pada
anak.
5. Sesekali konselor mengamati dan
bergabung dalam kelompok anak, terutama di waktu yang tidak terawasi guru.
6. Tidak
terlalu disarankan to fight back (membalas
dengan kekasaran) pada pelaku Bullying. Tetapi cukup mengatakan : “Hentikan, saya tidak suka dengan perlakuan
kamu” dan kemudian tinggalkan si pelaku.
7.
Latih anak bagaimana berperilaku anticipated coping behavior jika
kejadian berulang.
8.
Terkadang mengajak anak untuk berempati pada
pelaku (karena kemungkinan si pelaku juga merupakan korban bullying juga) bisa
cukup membantu.
9.
Pastikan
bahwa “Anak merasa nyaman untuk menjadi dirinya”. Ini yang penting
tentunya.
10.
Jangan tunggu lama untuk menyelesaikan masalah
atau mencari pertolongan professional jika gejala terlihat mengarah ke serius.
Lebih cepat ditangani lebih baik & lebih tepat..!!
11.
Apabila diperlukan/kejadian Bullying ini telah
mengarah pada tindak kekerasan yang berakibat fatal seperti mengakibatkan
kecacatan atau mengancam nyawa anak, jangan segan segan melaporkan kejadian
tersebut pada Pihak Sekolah maupun Pihak berwajib.
G.
Yang Patut Diingat:
•
Korban bisa anak laki-laki maupun perempuan
•
Pelaku juga dapat anak laki-laki atau pun perempuan
•
Biasanya terjadi di waktu yang tidak ada pengawasan guru; sebelum pelajaran
dimulai, jam istirahat, pulang sekolah, di kantin, di WC.
•
Menganggap bahwa itu hanya kegiatan ‘iseng belaka’ dan ‘kamu akan baik-baik
saja’ bukan lah respon atau sikap yang diharapkan korban dari orang dewasa
•
Bullying (ternyata) juga dapat dilakukan oleh orang dewasa, seperti guru di
sekolah, guru les, tetangga, oom & tante, bahkan orangtua sendiri!
•
Ancaman untuk bunuh diri dari korban. Jangan pernah anggap remeh dengan ancaman
yang satu ini.
•
Beberapa sekolah di Jakarta masih banyak yang menganggap bullying adalah hal
yang ‘jamak’. Pastikan pihak sekolah anak-anak kita ‘aware’ akan hal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bully dan Bullying,
diakses melalui :
pada tanggal 20 juli 2014
jam 13.00 WIB.
Menghindari Anak
Menjadi Pelaku "Bullying", diakses melalui
pada tanggal 20 juli 2014
jam 14.00 WIB.
Mengatasi Bullying di
Sekolah, diakses melalui :
pada tanggal 20 juli 2014
jam 14.20 WIB.
BAHAYA & DAMPAK
BULLYING , diakses melalui :
sumber/imoku.multiply.com/journal/detiknews
Mos
Asyik Tanpa Bullying (Bag. 2): Dampak Bullying & Kiat Menghindarinya,
diakses melalui :
http://ruangpsikologi.com/mos-asyik-tanpa-bullying-bagian-2-dampak-bullying-kiat-menghindarinya.
0 komentar:
Post a Comment