A. Identitas Kelompok
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek ialah pengurus OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) SMP N yang
memiliki jiwa kepemimpinanan yang rendah sehingga mengganggu jalannya kegiatan
OSIS dan penerapannya.
B. Latar Belakang
Masalah
Dewasa ini perkembangan dan tuntutan zaman membuat setiap individu
untuk selalu mengasah kemampuan dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Kondisi
tersebut seharusnya diimbangi dengan
peningkatan kualitas dari individu. Sehubugan dengan hal tersebut pendidikan
memegang peranan penting dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena pendidikan merupakan salah
satu jembatan yang membantu individu untuk dapat meraih kesejahteraan di dalam
hidup.
Pendidikan mempunyai peranan penting bagi setiap negara. Peran
penting dalam pendidikan ialah untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas sumber daya manusia ( Mulyasa, 2006 ). Salah satu tempat
untuk mengeyam pendidikan ialah sekolah.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis
melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu
siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek
intelektual, emosional, moral maupun sosial (Yusuf, 2001). Sekolah memiliki
peranan penting dalam memberikan kesempatan untuk meraih sukses bagi anak,
disekolah anak-anak banyak menghabiskan waktu daripada tempat lain di luar
rumah dan sekolah juga memberikan kesempatan pertama pada anak untuk menilai
dirinya (Yusuf, 2001).
Di dalam lingkup sekolah,
salah satu yang dapat mendukung kemajuan dan perkembangan para siswa ialah
Organisasi Siswa Intra Sekolah ( OSIS ). Hampir di setiap sekolah memiliki suatu organisasi siswa
yang bertujuan sebagai wadah pembinaan siswa-siswanya mengenai kegiatan keorganisasian.
OSIS adalah
suatu organisasi yang berada di tingkat
sekolah
di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah
yaitu Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA). OSIS diurus dan dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi
pengurus OSIS. Biasanya organisasi ini memiliki seorang pembimbing dari guru
yang dipilih oleh pihak sekolah. Di
dalamnya, para siswa dapat mengasah kemampuannya, menambah wawasan dan berbagi
pengetahuan satu sama lain. Hal itu juga akan mendukung siswa dalam prestasi
belajar. Prestasi belajar juga
dipengaruhi oleh partisipasi siswa dalam kegiatan keorganisasian di lingkungan
sekitarnya karena di dalam organisasi yang diikuti siswa tersebut sedikit
banyak memberi pengetahuan tentang kepemimpinan dan pengalaman dalam hal kegiatan
berorganisasi bagi siswa yang mengikuti organisasi tersebut.
Salah satu hal yang paling
mendasar diajarkan di OSIS ialah kepemimpinan. Setiap pengurus OSIS hendaknya
mengerti akan hal kepemimpinan dan memiliki jiwa pemimpin sebagaimana mestinya.
Hal ini bertujuan agar para generasi muda tidak mengalami krisis kepemimpinan. Mengingat
bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses, bukan suatu posisi yang dapat
dicapai dengan instan maka kepemimpinan hendaknya dipupuk sedini mungkin hingga
nantinya akan menghasilkan pemimpin yang benar-benar berkualitas dan memiliki
kekuatan moral yang mampu mengarahkan ( Munson,1921 ).
Selain itu menurut Roach
& Behling ( 1984 ) kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi sekelompok
orang dalam mencapai tujuannya. Untuk itu dalam proses mempengaruhi orang lain
diperlukan cara persuasi yang halus dan wawasan yang luas agar setiap orang
yang dipengaruhi mau ikut untuk melakukan apa yang diminta. Hal ini juga
diperlukan dalam keorganisasian yang ada di sekolah khususnya OSIS.
Menurut Stogdill ( 1974
) terdapat 4 ciri utama pemimpin yang
berhasil, diantaranya ialah pemimpin yang memiliki intelegensia/kecerdasan,
kematangan sosial, inner motivation dan human relation attitude. Keempat ciri
tersebut haruslah dimiliki seorang pemimpin agar dapat mempengaruhi,
mengarahkan dan memberikan inspirasi.
Namun pada kenyataannya tidak semua pengurus OSIS
memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Seperti yang ditemukan di lapangan oleh
penyusun melalui observasi, sering kali ruangan OSIS tertutup dan tidak ada
kegiatan di sana. Jika dilihat dari keanggotaanya, seharusnya anggota OSIS
adalah seluruh siswa yang berada pada satu sekolah tempat OSIS itu berada.
Seluruh anggota OSIS berhak untuk memilih calonnya untuk kemudian menjadi
pengurus OSIS. Akan tetapi dari
data yang diperoleh melalui wawancara dengan pengurus OSIS, dan pembina OSIS di
SMP N I Gamping proses pemilihan anggota OSIS hanya dilakukan sistem tunjuk
saja dan dipilih berdasarkan pengurus kelas yang telah dipilih sebelumnya. Hal
ini menutup kemungkinan siswa yang lainnya yang berkeinginan untuk ikut serta
dalam kepengurusan tidak memiliki kesempatan dalam berorganisasi.
Selain itu, pengurus kelas yang ditunjukpun
kebanyakan tidak siap dan belum mengetahui secara jelas mengenai keorganisasian
terlebih dalam hal kepemimpinan. Saling menunjuk di antara pengurus OSIS
merupakan hal yang biasa dan tidak ada inisiatif untuk memulai sebelum adanya
perintah yang mendesak. Saat diadakannya kegiatan sekolah seperti pentas seni
sekolah, banyak pengurus OSIS yang tidak bertanggung jawab dengan jabatan dan fungsinya dalam OSIS sehingga
pada akhirnya saling berdebat dan silang pendapat terjadi.
Perlu diketahui di SMP N I Gamping dalam
kepengurusannya terbagi menjadi dua tim, yaitu tim A ( kelas IX ) dan tim B (
kelas VII & VIII ). Pembagian tim ini sering mengakibatkan siapa yang
memimpin dan siapa yang dipimpin. Tim A ingin melihat bagaimana inisiatif tim B
dalam berorganisasi maupun menyusun rencana kegiatan. Namun sebaliknya tim B
merasa segan untuk menyuarakan aspirasinya karena masih ada tim A sehingga
sering terjadi kesalahpahaman yang ada di kedua tim tersebut. Akibat sering terjadinya perselisihan baik antara
Tim A dan Tim B, maka sedikit banyak menghambat
jalannya kegiatan dan program OSIS yang telah disepakati sebelumnya.
Slamet (2002: 29) menyebutkan bahwa kepemimpinan
merupakan suatu
kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk
mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya dikemukakan oleh
Slamet (2002: 30) bahwa kepemimpinan penting dalam kehidupan bersama dan kepemimpinan
itu hanya melekat pada orang dan kepemimpinan itu harus mengena kepada
orang yang dipimpinnya. Hal ini berarti harus diakui secara timbal balik, misalnya
sasaran yang dipimpin harus mengakui bahwa orang tersebut adalah pemimpinnya.
Dalam rangka meningkatkan
jiwa kepemimpinan pengurus OSIS, maka akan lebih baik jika diberikan sebuah
pelatihan yang dapat membuat dan memberikan pengaruh hingga pengurus OSIS sadar
betul bahwa kepemimpinan sangatlah penting untuk dilatih sejak dini.
Berdasarkan uraian di atas,
penulis menyimpulkan bahwa permasalahan yang ada ialah rendahnya jiwa
kepemimpinan yang dimiliki pengurus OSIS sehingga mengganggu jalannya kegiatan
OSIS dan penerapannya. Untuk
itu treatment yang diberikan kepada pengurus OSIS ialah pelatihan kepemimpinan.
Pelatihan kepemimpinan yaitu sebuah aktivitas yang dilakukan untuk melatih sehingga
mengetahui cara, strategi, atau prinsip dalam memimpin sebuah kelompok hingga
mencapai suatu tujuan.
C. Perumusan Masalah
Dari
penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
rendahnya jiwa kepemimpinan yang dimiliki oleh pengurus OSIS SMP N I Gamping. Menurut peneliti upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan jiwa kepemimpinan pengurus OSIS ialah dengan diadakannya pelatihan
kepemimpinan bagi pengurus OSIS.
D. Tujuan Praktik
Tujuan praktik ini ialah untuk
mengetahui seberapa efektif pelatihan kepemimpinan terhadap peningkatan jiwa
kepemimpinan pengurus OSIS.
E. Metode Pengambilan
Data
Metode
dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh kelompok psikologi terapan adalah
menggunakan metode wawancara
dan observasi.
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan
komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (
tanya jawab ) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (Djumhur dan
Muh. Surya, 1985 ).
Sejalan dengan pendapat diatas ( Bimo
Walgito, 1987 ) menjelaskan bahwa wawancara
adalah salah satu metode untuk mendapatkan data dengan mengadakan hubungan
secara langsung dengan informan face to face relation. Jenis wawancara
yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur sehingga pertanyaan bisa lebih
berkembang tetapi tidak menyimpang dari tujuan wawancara sendiri.
Sedangkan metode pengambilan data
lain yang digunakan adalah observasi, yaitu suatu metode penelitian yang
dijalankan secara sistematis dan dengan sengaja (jadi tidak asal atau
sembarangan dan secara kebetulan) diadakan dengan menggunakan alat indera
(terutama mata) sebagai alat untuk menangkap secara langsung kejadian-kejadian
pada waktu kejadian itu terjadi (Walgito, 2003).
Observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.
Dalam proses observasi ada dua faktor yang terpenting yaitu proses pengamatan
dan ingatan (Hadi, dalam Walgito, 2003).
Berdasarkan cara pengamatannya, peneliti
menggunakan instrument observasi non partisipan, yaitu observer tidak terlibat
dalam kegiatan yang diamati. Observer mengamati ruang OSIS, keadaan fisik dari
ruangan OSIS, serta kegiatan – kegiatan yang dilakukan pengurus OSIS.
BAB II
HASIL PENGAMBILAN DATA
A.
Observasi
Observasi awal dilakukan mulai hari Selasa tanggal 23 Juli 2013.
Kegiatan observasi ini dilakukan dengan cara mengamati siswa sekolah dan lingkungan
sekolah khususnya ruang OSIS. Pada hari itu, ruang OSIS terlihat tertutup dan
tidak ada kegiatan yang dilakukan di sana. Dari jendela terlihat ruangan OSIS
tersebut terlihat jarang dipakai karena dapat dilihat dari konsidi fisiknya
yang mana barang – barang masih berantakan, berdebu baik di dalam ruangan
maupun di luar ruangan.
Observasi lanjutan dilakukan pada hari Jumat, tanggal 26 Juli 2013.
Pada observasi kali ini ruangan dibuka dan terlihat beberapa pengurus OSIS
mulai beraktivitas membersihkan ruangan OSIS dan melakukan kegiatan OSIS yaitu pembagian zakat yang merupakan program dari
pihak sekolah.
Selanjutnya observasi dilanjutkan pada hari Selasa, tanggal 27
Agustus 2013. Pada saat itu sedang dilakukan latihan baris berbaris yang dilakukan
oleh anggota OSIS didampingi pembina
sekaligus pelatih. Akan tetapi di lapangan terlihat bahwa pengurus OSIS hanya
berdiam diri sampai pelatih memanggil beberapa siswa yang kemudian diminta
untuk melatih siswa kelas VII. Sedangkan siswa lainnya hanya menunggu sambil
duduk di lapangan. Pelatih juga tidak memberikan kesempatan bagi pengurus OSIS
untuk melatih siswa lainnya.
B. Wawancara
Wawancara awal
dilaksanakan pada hari jumat
tanggal 23
agustus 2013 pukul 08:30
s/d 09:00 WIB dengan A sebagai ketua OSIS.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan informasi mengenai
kegiatan yang telah dilakukan oleh pengurus dan pembina OSIS.
Adapun kegiatan
yang telah dilakukan ialah adanya pembinaan yang dilakukan selama dua hari
setelah terbentuknya kepengurusan OSIS. Akan tetapi pembinaan dirasakan kurang
begitu maksimal karena dilakukan seusai sepulang sekolah yang mana kondisi para
siswa dalam keadaan capai dan tidak bersemangat lagi. Selain itu pembinaan
kepada pengurus OSIS diberikan hanya sekali saja dalam satu periode
kepengurusan sehingga pengetahuan mereka tentang keorganisasian dirasakan
sangat kurang.
Disamping itu ketika akan diadakan
rapat, para pengurus khususnya tim junior sangat tidak kooperatif. Mereka
sering menunda-nunda dan membuat berbagai alasan sehingga tidak ada pertemuan
rapat seperti yang telah dijadwalkan dan jika ada acara ataupun program OSIS
banyak anggota yang tidak bertanggungjawab akan jabatannya. Keterangan lain
yang didapat ialah akibat sulitnya mengumpulkan pengurus OSIS maka dirasakan
kurang banyak kegiatan yang dilakukan pengurus OSIS sehingga apabila ada acara,
pasti diadakan rapat dadakan yang mengakibatkan tidak meratanya pembagian tugas
dan kurangnya persiapan.
Pada hari yang sama pula dilakukan
wawancara yang sama denga pak Joko sebagai Pembina OSIS pada jam 09:00 s/d
09:45 WIB. Dari keterangan yang diberikan didapatkan keterangan bahwa memang
benar dilakukan pembinaan kepada pengurus OSIS khususnya pada hari Jumat dan
Sabtu. Pada pembinaan tersebut diajarkan mengenai job des dan job speck. Akan
tetapi beliau berkata pembinaan tersebut dirasakan kurang efektif karena
menurut beliau mengurus diri sendiri saja pengurus masih sulit, apalagi untuk
mengurusi orang lain. Disamping itu perlu diingat bahwa para siswa masih berada
pada masa pencarian jati diri. Jadi, hal itu mengakibatkan pihak sekolah tidak
bisa memaksakan kehendak.
Dari hasil wawancara dan observasi
maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang ada ialah :
1. Ruang OSIS
terlihat tertutup dan tidak ada kegiatan yang dilakukan di sana.
2. Ruangan
OSIS tersebut terlihat jarang dipakai karena dapat dilihat dari konsidi
fisiknya yang masih berantakan, berdebu baik di dalam ruangan maupun di luar
ruangan.
3. Dalam latihan baris berbaris, terlihat
bahwa pengurus OSIS hanya berdiam diri sampai pelatih memanggil beberapa siswa
yang kemudian diminta untuk melatih siswa kelas VII.
4. Pembinaan yang dilakukan selama dua hari setelah
terbentuknya kepengurusan OSIS. dirasakan kurang begitu maksimal
5. Pembinaan
kepada pengurus OSIS diberikan hanya sekali saja dalam satu periode
kepengurusan sehingga pengetahuan mereka tentang keorganisasian dirasakan
sangat kurang.
6. Ketika akan diadakan rapat, para pengurus khususnya
tim junior sangat tidak kooperatif.
C.
Data
Dokumentasi
Untuk data dokumentasi akan dilampirkan bersama
laporan pelaksanaan praktek psikologi terapan.
D.
Dinamika
Psikologis
Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun
(Papalia dan Olds, 2001).
Masa remaja dapat dibagi menjadi menjadi masa remaja
awal ( usia dari 12 tahun sampai dengan usia 17 tahun ) sedangkan masa remaja
akhir ( usia dari 17 tahun hingga usia 20 tahun ). Masa remaja awal dan akhir
dibedakan karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa
(Hurlock, 1990).
Pada masa remaja terjadi proses perkembangan
meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual,
dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka,
dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan
(Hurlock, 1990).
Dalam
proses pembentukan orientasi masa depan, remaja terkadang masih dalam keadaan
labil. Karena pada tahapan ini remaja masih mencari identitas diri. Proses
pencarian jati diri bukanlah sesuatu yang mudah bagi remaja, karena hal itu
dipengaruhi lingkungan di mana remaja berada dan sekolah merupakan tempat di
mana remaja menghabiskan waktu terbanyak selain di rumah. Timbul
sikap, perasaan / emosi (positif atau negatif) yang merupakan produk pengamatan
dan pengalaman induvidu secara unik dengan benda fisik lingkungannya. Dengan
orang tua dan saudara, serta pergaulan sosial yang lebih luas. Perasaan yang
sangat takuti oleh remaja adalah takut dikucilkan atau tersindir dari
kelompoknya. Rasa sedih merupakan sebagaian emosi yang sangat menonjol dalam
masa remaja awal. Sebaliknya perasaan gembira biasanya akan nampak manakala si
remaja mendapat pujian, terutama pujian terhadap diri atau hasil usahanya.
Bentuk – bentuk emosi yang sering muncul dalam masa remaja awal adalah marah,
malu, takut, cemas, cemburu, iri hati, sedih, gembira, kasih sayang ingin tahu
Di sekolah
ada beberapa kegiatan yang menunjang petumbuhan dan perkembangan remaja. Baik
itu yang bersifat formal seperti kegiatan mengajar belajar dan kegiatan
extrakulikuler lainnya. Kegiatan-kegiatan itulah yang sedikit banyaknya akan
mempengaruhi karakteristik remaja selanjutnya. Jika remaja dapat menyesuaikan
diri dan melatih diri maka remaja akan dapat bertumbuh dan berkembang
sebagaimana mestinya.
Salah satu
yang kegiatan sekolah yang dapat membentuk karakteristik remaja ialah OSIS.
Dalam OSIS banyak kegiatan yang dilakukan untuk menempa remaja dalam
merealisasikan keinginannya dalam bentuk hal yang positif. Di sana remaja dapat
belajar mengenai empati, simpati, kebersamaan, komunikasi interpersonal, saling
menghargai satu sama lain, berargumentasi dan yang menonjol lainnya ialah dapat
belajar mengenai kepemimpinan.
Remaja
saat ini adalah generasi penerus bangsa yang kelak melanjutkan kepemimpinan.
Sebagai penerus bangsa yang melanjutkan kepemimpinan, tentunya dibutuhkan
landasan yang kuat agar kepemimpinannya berkualitas. Namun ternyata krisis
kepemimpinan muda negeri semakin memasuki fase akut. Banyak kalangan
mengkhawatirkan budaya ‘manja’ yang menjangkiti generasi baru akan berdampak
fatal pada kemandirian bangsa. Sangat masuk akal, ketika generasi muda yang
menjadi harapan justru terjebak dalam lingkaran hedonis dan konsumtif. Dapat
dibayangkan, apa yang akan terjadi pada bangsa untuk 5 atau 10 tahun lagi. Oleh
karena itu perlu sebuah usaha yang berkelanjutan agar generasi muda mampu
menjadi tumpuan harapan. Sebuah generasi seperti yang dicita-citakan bersama.
Begitu
pula yang terjadi pada pengurus OSIS SMP N I Gamping. Sebagai pengurus OSIS seharusnya
memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dan dapat saling merangkul satu sama
lain. Mengingat bahwa OSIS tersebut merupakan sebuah organisasi yang tidak akan
berjalan dengan baik jika setiap pengurus OSIS masing bersifat individualis.
Pengurus OSIS masih terlihat sangat individualis dan mementingkan diri sendiri.
Hal ini tidak terlepas dari fase perkembangan remaja.
Belum lagi
proses pemilihan anggota OSIS yang sistem tunjuk. Dari data yang diperoleh melalui wawancara dengan
pengurus OSIS, dan pembina OSIS di SMP N I Gamping
proses pemilihan anggota OSIS hanya dilakukan sistem tunjuk saja dan dipilih
berdasarkan pengurus kelas yang telah dipilih sebelumnya. Hal ini dapat
menyebabkan ketidaksiapan bagi siswa itu sendiri dan membuat mereka mengikuti
OSIS dengan rasa keterpaksaan. Di samping itu, proses ini menutup kemungkinan
siswa yang lainnya yang berkeinginan untuk ikut serta dalam kepengurusan tidak
memiliki kesempatan dalam berorganisasi. Padahal ada sebagian besar siswa ingin
bergabung menjadi pengurus OSIS.
Selain itu, pengurus kelas yang ditunjukpun
kebanyakan tidak siap dan belum mengetahui secara jelas mengenai keorganisasian
terlebih dalam hal kepemimpinan. Saling menunjuk di antara pengurus OSIS, tidak
bertanggung jawab dengan jabatan dan
fungsinya dalam OSIS sehingga pada akhirnya saling berdebat dan silang pendapat
terjadi. Selain itu adanya pembagian tim dalam OSIS menyebabkan saling lempar
tanggung jawab diantara pengurus OSIS.
Akibat sering terjadinya perselisihan di antara kedua tim, maka sedikit
banyak menghambat jalannya kegiatan
dan program OSIS yang telah disepakati sebelumnya.
Pentingnya
kepemimpinan bagi pengurus OSIS merupakan suatu hal yang sangat mendasar guna
berjalannya OSIS itu sendiri dan program yang telah disusun sebelumnya. Kepemimpinan
merupakan salah satu hal yang penting untuk dipupuk sejak dini. Persiapan untuk
menjadikan seseorang menjadi pemimpin yang benar-benar berkualitas bukanlah hal
yang mudah. Pemimpin yang memiliki kekuatan moral untuk mengarahkan merupakan
pemimpin yang telah ditempa melalui berbagai macam proses dan tantangan.
Slamet (2002: 29) menyebutkan bahwa kepemimpinan
merupakan suatu
kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk
mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya dikemukakan oleh
Slamet (2002: 30) bahwa kepemimpinan penting dalam kehidupan bersama dan kepemimpinan
itu hanya melekat pada orang dan kepemimpinan itu harus mengena kepada
orang yang dipimpinnya. Hal ini berarti harus diakui secara timbal balik, misalnya
sasaran yang dipimpin harus mengakui bahwa orang tersebut adalah pemimpinnya.
Kepemimpinan adalah suatu upaya untuk mempengaruhi
pengikut bukan
dengan paksaan untuk memotivasi orang mencapai
tujuan tertentu. Kemampuan mempengaruhi erat kaitannya dengan
pemenuhan kebutuhan dari para anggotanya (Gibson
1986: 334).
Hubungan pemimpin dengan anggota berkaitan dengan
derajat kualitas emosi dari hubungan tersebut, yang
mencakup tingkat keakraban dan penerimaan anggota terhadap
pemimpinnya. Semakin yakin dan percaya anggota kepada pemimpinnya, semakin
efektif kelompok dalam mencapai tujuannya. Dalam hubungan pemimpin dengan
anggotanya perlu diperhatikan antisipasi kepuasan anggota dan harus dipadukan
dengan tujuan kelompok, motivasi anggota dipertahankan tinggi, kematangan
anggota dalam pengambilan keputusan dan adanya tekat yang kuat dalam mencapai
tujuan ( Slamet 2002: 32).
Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian
kepemimpinan: (1)
pendayagunaan pengaruh, (2) hubungan antar manusia,
(3) proses komunikasi dan (4) pencapaian suatu tujuan.
Kepemimpinan tergantung pada kuatnya pengaruh yang diberi serta
intensitas hubungan antara pemimpin dengan pengikut (Ginting 1999: 21). Faktor
ini yang seharusnya ada di pengurus OSIS SMP N I Gamping. Adanya pendayagunaan
pengaruh baik dari pembina dan ketua OSIS akan membuat keduanya saling
bersinergi. Selain itu hubungan antar manusia dan proses komunikasi haruslah
saling dibangun guna mengetahui apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan dalam
OSIS dan dapat saling menyampaikan aspirasi yang dimiliki setiap pengurus OSIS.
Agar tidak ada lagi kejadian yang disebabkan kurangnya komunikasi antar anggota.
Terakhir ialah pencapaian suatu tujuan yang seharusnya telah ditetapkan
terlebih dahulu dan disepakati bersama sehingga para anggota OSIS merasa saling
bertanggung jawab pada jabatannya.
Untuk membangkitkan jiwa kepemimpinan di setiap
pengurus OSIS, diperlukan latihan dasar kepemimpinan siswa atau LDK. LDKS
adalah sebuah bentuk kegiatan yang bertolak ukur kepada
peningkatan sumber daya siswa dan siswi peserta untuk mendalami
dan memahami tentang konsep konsep atau dasar – dasar sebuah organisasi
di sekolah. LDKS ini untuk menanamkan jiwa kepemimpinan, kemandirian,
dan keteladanan kepada siswa.
Pelatihan ini sangat berpengaruh bagi siswa terlebih
dalam jiwa
kepemimpinan pribadi siswa sebelum ia benar-benar menjadi
pemimpin dalam
sebuah organisasi di sekolah maupun masyarakat.
Melalui LDKS diharapkan dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan yang mampu memimpin
diri terlebih dulu dan mampu menjalin hubungan kerja sama dengan orang lain, memiliki
keterampilan dan pemahaman tentang organisasi yang lebih baik, para siswa atau siswi
peserta mendapatkan sebuah pengalaman baik secara intelektual maupun pengalaman
tentang cara bagaimana memimpin sebuah organisai.
Selain itu siswa atau siswi diharapkan dapat lebih
berani dan bermain peran aktif dengan tampil dalam menyuarakan aspirasi para
siswa kepada pihak sekolah sehingga dalam proses pembangunan ke arah kemajuan
sekolah dapat terealisasi secara bersama-sama. Dapat memiliki karakteristik seorang
pemimpin yang memiliki intelektual, kreatifititas serta nalar berfikir yang berguna
bagi agama dan tanah air bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat pancasila
dan undangundang dasar 1945 dan berkeyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
BAB III
DIAGNOSIS
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengurus OSIS SMP N I Gamping memiliki jiwa kepemimpinan yang
rendah. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan pengurus OSIS yang dilaksanakan
dengan sistem tunjuk, kesadaran akan berorganisasi yang rendah, ketidaksiapan
pengurus OSIS untuk menjalankan tugas, banyak pengurus OSIS yang tidak
bertanggung jawab dengan jabatan dan
fungsinya dalam OSIS sehingga pada akhirnya saling berdebat dan silang pendapat
terjadi, dan perselisihan yang terjadi antara Tim A dan Tim B sehingga sedikit
banyak menghambat jalannya kegiatan
dan program OSIS yang telah disepakati sebelumnya.
BAB IV
PROGNOSIS
A. Hal-hal yang Mendukung
Hal-hal yang mendukung untuk meningkatkan pengetahuan
dan wawasan kepemimpinan pengurus OSIS ialah pemberian pelatihan
kepemimpinan. Dengan pelatihan
kepemimpinan, pengurus OSIS mendapatkan
pengetahuan seputar kepemimpinan, bagaimana cara menjadi pemimpin dan cirri-ciri
pemimpin yang ideal. Selain itu di dalam pelatihan kepemimpinan juga diajarkan
beberapa cara mempraktekkan bagaimana seorang pemimpin di tengah kelompok
melalui permainan-permainan yang disediakan.
Melalui pelatihan ini diharapkan nantinya pengurus
OSIS akan dapat menyerap nilai-nilai yang ada dalam pelatihan dan dapat mengaplikasikannya sehingga ketika
dalam berorganisasi pengurus OSIS benar-benar bisa menempatkan diri baik pada
saat di SMP maupun jenjang pendidikan berikutnya.
B.
Hal-hal
yang Menghambat
Melalui metode pelatihan kepemimpinan ini terdapat
beberapa yang dapat menghambat antara lain ialah pelatihan ini memakan waktu
yang panjang yakni dua hari. Pada hari pertama pengurus OSIS terlihat
bersemangat akan tetapi pada hari kedua ada beberapa pengurus OSIS yang
berhalangan hadir akibat adanya jadwal kegiatan lain. Selain itu pelatihan
kepemimpinan tersebut memakan biaya yang cukup besar.
C.
Kesimpulan
Prognosis
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepemimpinan yang rendah pada pengurus OSIS dapat ditingkatkan melalui
pelatihan kepemimpinan. Dengan adanya pelatihan ini pengurus OSIS mengerti
bagaimana berorganisasi khususnya dalam hal kepemimpinan dan mendapatkan
wawasan serta pengetahuan dalam
kepemimpinan sehingga diharapkan nantinya jika pengurus OSIS berorganisasi
dapat bertanggung jawab dan memimpin diri sendiri maupun pengurus lainnya. Dan
jika ada kaderisasi pengurus OSIS hendaknya pengurus OSIS yang telah dilatih
dapat menurunkan pengetahuan dan wawasan kepada pengurus OSIS selanjutnya.
BAB V
EVALUASI
KASUS
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa
permasalahan sebenarnya yang ada yaitu rendahnya jiwa kepemimpinan pada
pengurus OSIS. Hal ini diketahui berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan oleh peneliti. Rendahnya jiwa kepemimpinan pengurus OSIS ditunjukkan
dengan pemilihan pengurus OSIS yang dilaksanakan dengan sistem tunjuk,
kesadaran akan berorganisasi yang rendah, ketidaksiapan pengurus OSIS untuk
menjalankan tugas, banyak pengurus OSIS yang tidak bertanggung jawab dengan jabatan dan fungsinya dalam OSIS sehingga
pada akhirnya saling berdebat dan silang pendapat terjadi, dan perselisihan
yang terjadi antara Tim A dan Tim B sehingga sedikit banyak menghambat jalannya kegiatan dan program OSIS
yang telah disepakati sebelumnya.
BAB VI
TREATMENT
A. Pelatihan Kepemimpinan
Treatment yang digunakan dalam kasus tersebut ialah
menggunakan pelatihan kepemimpinan dengan pertimbangan bahwa dengan metode ini
maka pengetahuan dan wawasan pengurus OSIS dapat meningkat dan dapat diaplikasikan
sehingga pengurus OSIS tahu bagaimana beroganisasi khususnya menjadi pemimpin
yang baik dan ideal.
Pelatihan kepemimpinan ialah sebuah aktivitas yang di lakukan untuk melatih
sehingga mengetahui cara, strategi, atau prinsip dalam memimpin sebuah kelompok
hingga mencapai suatu tujuan. Dengan diberika npelatihan ini diharapkan dapat
menumbuhkan kesadaran pengurus OSIS mengenai arti penting seorang pemimpin
sehingga dapat memperlancar proses yang berjalan di dalam organisasi dan
meningkatkan prestasi para pengurus OSIS.
Pelatihan
kepemimpinan yang diberikan kepada pengurus OSIS ialah pengetahuan mengenai kepemimpinan,
bagaimana cara menjadi pemimpin dan ciri-ciri pemimpin yang ideal itu seperti
apa. Dengan pemberian pengetahuan dan wawasan seputar kepemimpinan diharapkan
para pengurus OSIS mengenal lebih jauh dan dapat mendalami mengenai
kepemimpinan dan menerapkannya.
Selain itu di dalam pelatihan kepemimpinan juga
diajarkan beberapa cara mempraktekkan bagaimana seorang pemimpin di tengah
kelompok melalui permainan-permainan yang disediakan. Permainan ini diberikan
agar pengurus OSIS dapat langsung menerapkan apa yang telah diketahui melalui
penyampaian materi.
Diharapkan melalui pelatihan ini pengurus OSIS dapat
meningkatkan kesadaran akan pentingnya kepemimpinan dalam suatu organisasi
sehingga apa yang telah direncanakan dan program OSIS dapat berjalan dengan
lancar dan hubungan antar pengurus OSIS semakin erat.
B. Yang Direkomendasikan
Untuk lebih
meningkatkan kepemimpinan pengurus OSIS dapat dilakukan dengan dengan cara :
1. Memperbaiki
struktur organisasi.
Organisasi ini bersifat intra sekolah dan
menjadi satu-satunya wadah yang menampung dan menyalurkan
kreativitas baik melalui kegiatan kokurikuler maupun ekstrakurikuler yang
menunjang kurikulum. Pada dasarnya setiap OSIS di satu sekolah memiliki
struktur organisasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun,
biasanya struktur keorganisasian dalam OSIS terdiri atas :
·
Ketua Pembina (biasanya Kepala Sekolah)
·
Wakil Ketua Pembina (biasanya Wakil Kepala
Sekolah)
·
Pembina (biasanya guru yang ditunjuk oleh
Sekolah)
·
Ketua Umum
·
Wakil Ketua I
·
Wakil Ketua II
·
Sekretaris Umum
·
Sektetaris I
·
Sekretaris II
·
Bendahara
·
Wakil Bendahara
·
Ketua Sekretaris Bidang (sekbid) yang
mengurusi setiap kegiatan siswa yang berhubungan dengan tanggung jawab
bidangnya.
2.
Menjelaskan tugas – tugas dari setiap
bidangnya agar siswa mengerti apa tanggung jawab mereka di OSIS.
a. Pembina bertugas/
berfungsi;
- Bertanggung jawab atas
seluruh pengelolaan, pembinaan dan pengembangan OSIS di sekolah yang
dipimpinya;
- Mengesahkan keanggotaan perwakilan kelas
dengan surat keputusan kepala sekolah yang bersangkutan;
- Mengesahkan dan melantik pengurus OSIS dengan
surat keputusan kepala sekolah yang bersangkutan;
- Mengesahkan Anggaran Rumah Tangga dan Program
Kerja OSIS.
- Menghadiri setiap rapat-rapat OSIS; dan
mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pengurus OSIS
b. Perwakilan Kelas:
- Mewakili kelasnya dalam rapat perwakilan
kelas
- Mengajukan usulan untuk dijadikan Program
Kerja OSIS
- Mengajukan calon
pengurus OSIS berdasarkan hasil rapat kelas
- Memilih pengurus OSIS
dari daftar calon yang telah disiapkan.
- Menilai laporan
pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir masa jabatanya
-
Mempertanggungjawabkan segala tugasnya kepada kepala sekolah selaku ketua pembina
c. Pengurus OSIS
bertugas
-
Menyusun dan melaksanakan program kerja sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
OSIS; dan dari perwakilan kelas;
- Selalu menjunjung tinggi
nama baik, kehormatan dan martabat sekolah tempat mereka belajar; dan
- Menyampaikan Laporan
Pertanggungjawaban Kepada rapat perwakilan kelas pada akhir masa jabatanya.
Perincian tugas masing-masing pengurus OSIS :
·
Ketua
bertanggungjawab sepenuhnya terhadap jalanya organisasi yang dipimpinya.
·
Seorang
wakil ketua mewakili ketua apabila berhalangan dan mengkoordinasikan kegiatan :
-
Sekertariat
-
Bidang
ketaqwaan terhadap Tuhan YME,
-
Bidang
kehidupan berbangsa dan bernegara
-
Bidang
pendidikan pendahuluan bela negara; dan
-
Bidang
kepribadian dan budi pekerti luhur
·
Seorang
wakil ketua mewakili ketua apabila berhalangan dan mengkoordinasikan :
-
Bendahara
-
Bidang
berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan;
-
Bidang keterampilan
dan kewirasuastaan;
-
Bidang
kesegaran jasmani dan daya kreasi; dan
-
Bidang
persepsi, apresiasi dan kreasi seni.
·
Sekretaris
bertanggung jawab terhadap pengelolaan administrasi organisasi
·
Wakil
sekretaris I membantu tugas-tugas sekretaris dan tugas-tugas seorang wakil
ketua I
·
Wakil
sekretaris II membantu tugas-tugas sekretaris dan tugas-tugas seorang wakil
ketua II
·
Bendahara
bertanggungjawab terhadap pengelolaan keuangan organisasi
·
Wakil
bendahara membantu tugas-tugas bendahara.
·
Para
Sekretaris bidang bertugas melaksanakan program kerja dibidangnya masing-masing
3. Adanya
pelatihan-pelatihan tentang keorganisasian.
·
Latihan kepemimpinan
·
Kegiatan pemantapan wawasan
wiyatamandala (lingkungan pendidikan).
4. Pihak
sekolah menyediakan dana khusus untuk kegiatan OSIS.
Untuk
menunjang kegiatan – kegiatan yang dilakukan pengurus OSIS agar lebih maksimal
dalam merealisasikan program kerja yang telah direncanakan ada baiknya pihak
sekolah menyediakan dana khusus untuk OSIS supaya siswa yang masuk OSIS lebih
bersemangat dalam berproses di OSIS.
5. Adanya
penataan kembali ruang OSIS.
Lingkungan
belajar merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar siswa, yang dapat
diciptakan sedemikian rupa sehingga dapat memfasilitasi anak dalam melaksanakan
kegiatan belajar. Menurut Suwono (2009), lingkungan pembelajaran terdiri atas
dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan non-fisik. Lingkungan belajar yang
bersifat fisik, misalnya ruang kelas, perabotan ruangan, kebersihan ruangan,
meja-kursi, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan non-fisik, misalnya interaksi,
ketenangan dan kenyamanan. Lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan
yang ada disekitar siswa berupa sarana fisik baik yang ada dilingkup sekolah
yang berupa sarana dan prasarana kelas, pencahayaan, pengudaraan, pewarnaan, alat/media
belajar, pajangan serta penataan ruangan. Dengan demikian suasana belajar dan
berproses diruang OSIS menjadi lebih nyaman, suasana baru dan lebih efisien.
C.
Evaluasi
Treatment
Melalui treatment pelatihan
kepemimpinan ini cukup berhasil untuk meningkatkan kepemimpinan pengurus OSIS.
Dimana sebelumnya pengurus OSIS kurang begitu mengetahui bagaimana
berorganisasi khususnya dalam bidang kepemimpinan namun setelah mengikuti dua
hari pelatihan, pengurus OSIS lebih sadar mengenai pentingnya kepemimpinan
dalam berorganisasi.
Evaluasi
Treatment
No.
|
Sebelum
Mengikuti Pelatihan
|
Setelah
Mengikuti Pelatihan
|
1.
|
Belum mengetahui
mengenai kepemimpinan
|
Sudah
mengetahui mengenai kepemimpinan
|
2.
|
Belum
mengetahui tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin
|
Sudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin
|
3.
|
Belum
bisa mengetahui bagaimana menjadi seorang pemimpin
|
Sudah
mengetahui cara untuk menjadi seorang pemimpin
|
4.
|
Belum
mengetahui bagaimana berinteraksi antar pengurus OSIS yang baik
|
Sudah
mengetahui cara berinteraksi dengan baik antar pengurus OSIS.
|
5.
|
Belum
mengetahui cara berkomunikasi dan penyampaian aspirasi saat di dalam OSIS
|
Sudah
mengetahui dan dapat menerapkan mengenai berkomunikasi yang baik dalam OSIS
|
DAFTAR PUSTAKA
Http: /untaian-pertumbuhan-dan-perkembangan.html
Monks, F, J, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya,
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Stephen Stolp.
Leadership for School Culture. ERIC Digest, Number 91. Tahun 1994 (http://www.ed.gov/databases/ERIC_Digests/ ed370198.html)
Yusuf, S. 2001. Psikologi
Perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi Offset.
LAMPIRAN
PSIKOLOGI TERAPAN UMBY
0 komentar:
Post a Comment