HIDUP SEKALI HIDUP YANG BERARTI

Tuesday 25 November 2014

PSIKOLOGI TERAPAN 2




A. Identitas Kelompok
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek ialah pengurus OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) SMP N yang memiliki jiwa kepemimpinanan yang rendah sehingga mengganggu jalannya kegiatan OSIS dan penerapannya.
B. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan dan tuntutan zaman membuat setiap individu untuk selalu mengasah kemampuan dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Kondisi tersebut  seharusnya diimbangi dengan peningkatan kualitas dari individu. Sehubugan dengan hal tersebut pendidikan memegang  peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena pendidikan merupakan salah satu jembatan yang membantu individu untuk dapat meraih kesejahteraan di dalam hidup.
Pendidikan mempunyai peranan penting bagi setiap negara. Peran penting dalam pendidikan ialah untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia ( Mulyasa, 2006 ). Salah satu tempat untuk mengeyam pendidikan ialah sekolah.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional, moral maupun sosial (Yusuf, 2001). Sekolah memiliki peranan penting dalam memberikan kesempatan untuk meraih sukses bagi anak, disekolah anak-anak banyak menghabiskan waktu daripada tempat lain di luar rumah dan sekolah juga memberikan kesempatan pertama pada anak untuk menilai dirinya (Yusuf, 2001).

Di dalam lingkup sekolah, salah satu yang dapat mendukung kemajuan dan perkembangan para siswa ialah Organisasi Siswa Intra Sekolah ( OSIS ). Hampir di setiap sekolah memiliki suatu organisasi siswa yang bertujuan sebagai wadah pembinaan siswa-siswanya mengenai kegiatan keorganisasian. OSIS adalah suatu organisasi yang berada di tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). OSIS diurus dan dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS. Biasanya organisasi ini memiliki seorang pembimbing dari guru yang dipilih oleh pihak sekolah. Di dalamnya, para siswa dapat mengasah kemampuannya, menambah wawasan dan berbagi pengetahuan satu sama lain. Hal itu juga akan mendukung siswa dalam prestasi belajar. Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh partisipasi siswa dalam kegiatan keorganisasian di lingkungan sekitarnya karena di dalam organisasi yang diikuti siswa tersebut sedikit banyak memberi pengetahuan tentang kepemimpinan dan pengalaman dalam hal kegiatan berorganisasi bagi siswa yang mengikuti organisasi tersebut.
Salah satu hal yang paling mendasar diajarkan di OSIS ialah kepemimpinan. Setiap pengurus OSIS hendaknya mengerti akan hal kepemimpinan dan memiliki jiwa pemimpin sebagaimana mestinya. Hal ini bertujuan agar para generasi muda tidak mengalami krisis kepemimpinan. Mengingat bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses, bukan suatu posisi yang dapat dicapai dengan instan maka kepemimpinan hendaknya dipupuk sedini mungkin hingga nantinya akan menghasilkan pemimpin yang benar-benar berkualitas dan memiliki kekuatan moral yang mampu mengarahkan ( Munson,1921 ).
Selain itu menurut Roach & Behling ( 1984 ) kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi sekelompok orang dalam mencapai tujuannya. Untuk itu dalam proses mempengaruhi orang lain diperlukan cara persuasi yang halus dan wawasan yang luas agar setiap orang yang dipengaruhi mau ikut untuk melakukan apa yang diminta. Hal ini juga diperlukan dalam keorganisasian yang ada di sekolah khususnya OSIS.
Menurut Stogdill ( 1974 )  terdapat 4 ciri utama pemimpin yang berhasil, diantaranya ialah pemimpin yang memiliki intelegensia/kecerdasan, kematangan sosial, inner motivation dan human relation attitude. Keempat ciri tersebut haruslah dimiliki seorang pemimpin agar dapat mempengaruhi, mengarahkan dan memberikan inspirasi.
Namun pada kenyataannya tidak semua pengurus OSIS memiliki jiwa kepemimpinan yang baik.  Seperti yang ditemukan di lapangan oleh penyusun melalui observasi, sering kali ruangan OSIS tertutup dan tidak ada kegiatan di sana. Jika dilihat dari keanggotaanya, seharusnya anggota OSIS adalah seluruh siswa yang berada pada satu sekolah tempat OSIS itu berada. Seluruh anggota OSIS berhak untuk memilih calonnya untuk kemudian menjadi pengurus OSIS. Akan tetapi dari data yang diperoleh melalui wawancara dengan pengurus OSIS, dan pembina OSIS di SMP N I Gamping proses pemilihan anggota OSIS hanya dilakukan sistem tunjuk saja dan dipilih berdasarkan pengurus kelas yang telah dipilih sebelumnya. Hal ini menutup kemungkinan siswa yang lainnya yang berkeinginan untuk ikut serta dalam kepengurusan tidak memiliki kesempatan dalam berorganisasi.
Selain itu, pengurus kelas yang ditunjukpun kebanyakan tidak siap dan belum mengetahui secara jelas mengenai keorganisasian terlebih dalam hal kepemimpinan. Saling menunjuk di antara pengurus OSIS merupakan hal yang biasa dan tidak ada inisiatif untuk memulai sebelum adanya perintah yang mendesak. Saat diadakannya kegiatan sekolah seperti pentas seni sekolah, banyak pengurus OSIS yang tidak bertanggung jawab dengan  jabatan dan fungsinya dalam OSIS sehingga pada akhirnya saling berdebat dan silang pendapat terjadi.
Perlu diketahui di SMP N I Gamping dalam kepengurusannya terbagi menjadi dua tim, yaitu tim A ( kelas IX ) dan tim B ( kelas VII & VIII ). Pembagian tim ini sering mengakibatkan siapa yang memimpin dan siapa yang dipimpin. Tim A ingin melihat bagaimana inisiatif tim B dalam berorganisasi maupun menyusun rencana kegiatan. Namun sebaliknya tim B merasa segan untuk menyuarakan aspirasinya karena masih ada tim A sehingga sering terjadi kesalahpahaman yang ada di kedua tim tersebut.  Akibat sering terjadinya perselisihan baik antara Tim A dan Tim B, maka sedikit banyak menghambat jalannya kegiatan dan program OSIS yang telah disepakati sebelumnya.
Slamet (2002: 29) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya dikemukakan oleh Slamet (2002: 30) bahwa kepemimpinan penting dalam kehidupan bersama dan kepemimpinan itu hanya melekat pada orang dan kepemimpinan itu harus mengena kepada orang yang dipimpinnya. Hal ini berarti harus diakui secara timbal balik, misalnya sasaran yang dipimpin harus mengakui bahwa orang tersebut adalah pemimpinnya.
Dalam rangka meningkatkan jiwa kepemimpinan pengurus OSIS, maka akan lebih baik jika diberikan sebuah pelatihan yang dapat membuat dan memberikan pengaruh hingga pengurus OSIS sadar betul bahwa kepemimpinan sangatlah penting untuk dilatih sejak dini.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa permasalahan yang ada ialah rendahnya jiwa kepemimpinan yang dimiliki pengurus OSIS sehingga mengganggu jalannya kegiatan OSIS dan penerapannya. Untuk itu treatment yang diberikan kepada pengurus OSIS ialah pelatihan kepemimpinan. Pelatihan kepemimpinan yaitu sebuah aktivitas yang dilakukan untuk melatih sehingga mengetahui cara, strategi, atau prinsip dalam memimpin sebuah kelompok hingga mencapai suatu tujuan.
C. Perumusan Masalah
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa rendahnya jiwa kepemimpinan yang dimiliki oleh pengurus OSIS SMP N I Gamping.  Menurut peneliti upaya yang dilakukan untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan pengurus OSIS ialah dengan diadakannya pelatihan kepemimpinan bagi pengurus OSIS.
D. Tujuan Praktik
            Tujuan praktik ini ialah untuk mengetahui seberapa efektif pelatihan kepemimpinan terhadap peningkatan jiwa kepemimpinan pengurus OSIS.
E. Metode Pengambilan Data
Metode dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh kelompok psikologi terapan adalah menggunakan metode wawancara dan observasi. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog ( tanya jawab ) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (Djumhur dan Muh. Surya, 1985 ).
Sejalan dengan pendapat diatas ( Bimo Walgito, 1987 ) menjelaskan bahwa wawancara adalah salah satu metode untuk mendapatkan data dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan face to face relation. Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur sehingga pertanyaan bisa lebih berkembang tetapi tidak menyimpang dari tujuan wawancara sendiri.
            Sedangkan metode pengambilan data lain yang digunakan adalah observasi, yaitu suatu metode penelitian yang dijalankan secara sistematis dan dengan sengaja (jadi tidak asal atau sembarangan dan secara kebetulan) diadakan dengan menggunakan alat indera (terutama mata) sebagai alat untuk menangkap secara langsung kejadian-kejadian pada waktu kejadian itu terjadi (Walgito, 2003).
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dalam proses observasi ada dua faktor yang terpenting yaitu proses pengamatan dan ingatan (Hadi, dalam Walgito, 2003).
Berdasarkan cara pengamatannya, peneliti menggunakan instrument observasi non partisipan, yaitu observer tidak terlibat dalam kegiatan yang diamati. Observer mengamati ruang OSIS, keadaan fisik dari ruangan OSIS, serta kegiatan – kegiatan yang dilakukan pengurus OSIS.





BAB II
HASIL PENGAMBILAN DATA
A.  Observasi
Observasi awal dilakukan mulai hari Selasa tanggal 23 Juli 2013. Kegiatan observasi ini dilakukan dengan cara mengamati siswa sekolah dan lingkungan sekolah khususnya ruang OSIS. Pada hari itu, ruang OSIS terlihat tertutup dan tidak ada kegiatan yang dilakukan di sana. Dari jendela terlihat ruangan OSIS tersebut terlihat jarang dipakai karena dapat dilihat dari konsidi fisiknya yang mana barang – barang masih berantakan, berdebu baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
Observasi lanjutan dilakukan pada hari Jumat, tanggal 26 Juli 2013. Pada observasi kali ini ruangan dibuka dan terlihat beberapa pengurus OSIS mulai beraktivitas membersihkan ruangan OSIS dan melakukan kegiatan OSIS  yaitu pembagian zakat yang merupakan program dari pihak sekolah.
Selanjutnya observasi dilanjutkan pada hari Selasa, tanggal 27 Agustus 2013. Pada saat itu sedang dilakukan latihan baris berbaris yang dilakukan oleh anggota OSIS didampingi  pembina sekaligus pelatih. Akan tetapi di lapangan terlihat bahwa pengurus OSIS hanya berdiam diri sampai pelatih memanggil beberapa siswa yang kemudian diminta untuk melatih siswa kelas VII. Sedangkan siswa lainnya hanya menunggu sambil duduk di lapangan. Pelatih juga tidak memberikan kesempatan bagi pengurus OSIS untuk melatih siswa lainnya.


B.  Wawancara
              Wawancara awal dilaksanakan pada hari jumat tanggal 23 agustus 2013 pukul 08:30 s/d 09:00 WIB dengan A sebagai ketua OSIS.  Dari hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan informasi mengenai kegiatan yang telah dilakukan oleh pengurus dan pembina OSIS.
Adapun kegiatan yang telah dilakukan ialah adanya pembinaan yang dilakukan selama dua hari setelah terbentuknya kepengurusan OSIS. Akan tetapi pembinaan dirasakan kurang begitu maksimal karena dilakukan seusai sepulang sekolah yang mana kondisi para siswa dalam keadaan capai dan tidak bersemangat lagi. Selain itu pembinaan kepada pengurus OSIS diberikan hanya sekali saja dalam satu periode kepengurusan sehingga pengetahuan mereka tentang keorganisasian dirasakan sangat kurang.
              Disamping itu ketika akan diadakan rapat, para pengurus khususnya tim junior sangat tidak kooperatif. Mereka sering menunda-nunda dan membuat berbagai alasan sehingga tidak ada pertemuan rapat seperti yang telah dijadwalkan dan jika ada acara ataupun program OSIS banyak anggota yang tidak bertanggungjawab akan jabatannya. Keterangan lain yang didapat ialah akibat sulitnya mengumpulkan pengurus OSIS maka dirasakan kurang banyak kegiatan yang dilakukan pengurus OSIS sehingga apabila ada acara, pasti diadakan rapat dadakan yang mengakibatkan tidak meratanya pembagian tugas dan kurangnya persiapan.
              Pada hari yang sama pula dilakukan wawancara yang sama denga pak Joko sebagai Pembina OSIS pada jam 09:00 s/d 09:45 WIB. Dari keterangan yang diberikan didapatkan keterangan bahwa memang benar dilakukan pembinaan kepada pengurus OSIS khususnya pada hari Jumat dan Sabtu. Pada pembinaan tersebut diajarkan mengenai job des dan job speck. Akan tetapi beliau berkata pembinaan tersebut dirasakan kurang efektif karena menurut beliau mengurus diri sendiri saja pengurus masih sulit, apalagi untuk mengurusi orang lain. Disamping itu perlu diingat bahwa para siswa masih berada pada masa pencarian jati diri. Jadi, hal itu mengakibatkan pihak sekolah tidak bisa memaksakan kehendak.
              Dari hasil wawancara dan observasi maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang ada ialah :
1.      Ruang OSIS terlihat tertutup dan tidak ada kegiatan yang dilakukan di sana.
2.      Ruangan OSIS tersebut terlihat jarang dipakai karena dapat dilihat dari konsidi fisiknya yang masih berantakan, berdebu baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
3.      Dalam latihan baris berbaris, terlihat bahwa pengurus OSIS hanya berdiam diri sampai pelatih memanggil beberapa siswa yang kemudian diminta untuk melatih siswa kelas VII.
4.      Pembinaan yang dilakukan selama dua hari setelah terbentuknya kepengurusan OSIS. dirasakan kurang begitu maksimal
5.       Pembinaan kepada pengurus OSIS diberikan hanya sekali saja dalam satu periode kepengurusan sehingga pengetahuan mereka tentang keorganisasian dirasakan sangat kurang.
6.      Ketika akan diadakan rapat, para pengurus khususnya tim junior sangat tidak kooperatif.

C.  Data Dokumentasi
Untuk data dokumentasi akan dilampirkan bersama laporan pelaksanaan praktek psikologi terapan.



D.  Dinamika Psikologis
Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia dan Olds, 2001).
Masa remaja dapat dibagi menjadi menjadi masa remaja awal ( usia dari 12 tahun sampai dengan usia 17 tahun ) sedangkan masa remaja akhir ( usia dari 17 tahun hingga usia 20 tahun ). Masa remaja awal dan akhir dibedakan karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi  perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Hurlock, 1990).
Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan (Hurlock, 1990).
Dalam proses pembentukan orientasi masa depan, remaja terkadang masih dalam keadaan labil. Karena pada tahapan ini remaja masih mencari identitas diri. Proses pencarian jati diri bukanlah sesuatu yang mudah bagi remaja, karena hal itu dipengaruhi lingkungan di mana remaja berada dan sekolah merupakan tempat di mana remaja menghabiskan waktu terbanyak selain di rumah. Timbul sikap, perasaan / emosi (positif atau negatif) yang merupakan produk pengamatan dan pengalaman induvidu secara unik dengan benda fisik lingkungannya. Dengan orang tua dan saudara, serta pergaulan sosial yang lebih luas. Perasaan yang sangat takuti oleh remaja adalah takut dikucilkan atau tersindir dari kelompoknya. Rasa sedih merupakan sebagaian emosi yang sangat menonjol dalam masa remaja awal. Sebaliknya perasaan gembira biasanya akan nampak manakala si remaja mendapat pujian, terutama pujian terhadap diri atau hasil usahanya. Bentuk – bentuk emosi yang sering muncul dalam masa remaja awal adalah marah, malu, takut, cemas, cemburu, iri hati, sedih, gembira, kasih sayang ingin tahu
Di sekolah ada beberapa kegiatan yang menunjang petumbuhan dan perkembangan remaja. Baik itu yang bersifat formal seperti kegiatan mengajar belajar dan kegiatan extrakulikuler lainnya. Kegiatan-kegiatan itulah yang sedikit banyaknya akan mempengaruhi karakteristik remaja selanjutnya. Jika remaja dapat menyesuaikan diri dan melatih diri maka remaja akan dapat bertumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.
Salah satu yang kegiatan sekolah yang dapat membentuk karakteristik remaja ialah OSIS. Dalam OSIS banyak kegiatan yang dilakukan untuk menempa remaja dalam merealisasikan keinginannya dalam bentuk hal yang positif. Di sana remaja dapat belajar mengenai empati, simpati, kebersamaan, komunikasi interpersonal, saling menghargai satu sama lain, berargumentasi dan yang menonjol lainnya ialah dapat belajar mengenai kepemimpinan.
Remaja saat ini adalah generasi penerus bangsa yang kelak melanjutkan kepemimpinan. Sebagai penerus bangsa yang melanjutkan kepemimpinan, tentunya dibutuhkan landasan yang kuat agar kepemimpinannya berkualitas. Namun ternyata krisis kepemimpinan muda negeri semakin memasuki fase akut. Banyak kalangan mengkhawatirkan budaya ‘manja’ yang menjangkiti generasi baru akan berdampak fatal pada kemandirian bangsa. Sangat masuk akal, ketika generasi muda yang menjadi harapan justru terjebak dalam lingkaran hedonis dan konsumtif. Dapat dibayangkan, apa yang akan terjadi pada bangsa untuk 5 atau 10 tahun lagi. Oleh karena itu perlu sebuah usaha yang berkelanjutan agar generasi muda mampu menjadi tumpuan harapan. Sebuah generasi seperti yang dicita-citakan bersama.
Begitu pula yang terjadi pada pengurus OSIS SMP N I Gamping. Sebagai pengurus OSIS seharusnya memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dan dapat saling merangkul satu sama lain. Mengingat bahwa OSIS tersebut merupakan sebuah organisasi yang tidak akan berjalan dengan baik jika setiap pengurus OSIS masing bersifat individualis. Pengurus OSIS masih terlihat sangat individualis dan mementingkan diri sendiri. Hal ini tidak terlepas dari fase perkembangan remaja.
Belum lagi proses pemilihan anggota OSIS yang sistem tunjuk. Dari data yang diperoleh melalui wawancara dengan pengurus OSIS, dan pembina OSIS di SMP N I Gamping proses pemilihan anggota OSIS hanya dilakukan sistem tunjuk saja dan dipilih berdasarkan pengurus kelas yang telah dipilih sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan ketidaksiapan bagi siswa itu sendiri dan membuat mereka mengikuti OSIS dengan rasa keterpaksaan. Di samping itu, proses ini menutup kemungkinan siswa yang lainnya yang berkeinginan untuk ikut serta dalam kepengurusan tidak memiliki kesempatan dalam berorganisasi. Padahal ada sebagian besar siswa ingin bergabung menjadi pengurus OSIS.
Selain itu, pengurus kelas yang ditunjukpun kebanyakan tidak siap dan belum mengetahui secara jelas mengenai keorganisasian terlebih dalam hal kepemimpinan. Saling menunjuk di antara pengurus OSIS, tidak bertanggung jawab dengan  jabatan dan fungsinya dalam OSIS sehingga pada akhirnya saling berdebat dan silang pendapat terjadi. Selain itu adanya pembagian tim dalam OSIS menyebabkan saling lempar tanggung jawab diantara pengurus OSIS.  Akibat sering terjadinya perselisihan di antara kedua tim, maka sedikit banyak menghambat jalannya kegiatan dan program OSIS yang telah disepakati sebelumnya.
Pentingnya kepemimpinan bagi pengurus OSIS merupakan suatu hal yang sangat mendasar guna berjalannya OSIS itu sendiri dan program yang telah disusun sebelumnya. Kepemimpinan merupakan salah satu hal yang penting untuk dipupuk sejak dini. Persiapan untuk menjadikan seseorang menjadi pemimpin yang benar-benar berkualitas bukanlah hal yang mudah. Pemimpin yang memiliki kekuatan moral untuk mengarahkan merupakan pemimpin yang telah ditempa melalui berbagai macam proses dan tantangan.
Slamet (2002: 29) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya dikemukakan oleh Slamet (2002: 30) bahwa kepemimpinan penting dalam kehidupan bersama dan kepemimpinan itu hanya melekat pada orang dan kepemimpinan itu harus mengena kepada orang yang dipimpinnya. Hal ini berarti harus diakui secara timbal balik, misalnya sasaran yang dipimpin harus mengakui bahwa orang tersebut adalah pemimpinnya.
Kepemimpinan adalah suatu upaya untuk mempengaruhi pengikut bukan dengan paksaan untuk memotivasi orang mencapai tujuan tertentu. Kemampuan mempengaruhi erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dari para anggotanya (Gibson 1986: 334). Hubungan pemimpin dengan anggota berkaitan dengan derajat kualitas emosi dari hubungan tersebut, yang mencakup tingkat keakraban dan penerimaan anggota terhadap pemimpinnya. Semakin yakin dan percaya anggota kepada pemimpinnya, semakin efektif kelompok dalam mencapai tujuannya. Dalam hubungan pemimpin dengan anggotanya perlu diperhatikan antisipasi kepuasan anggota dan harus dipadukan dengan tujuan kelompok, motivasi anggota dipertahankan tinggi, kematangan anggota dalam pengambilan keputusan dan adanya tekat yang kuat dalam mencapai tujuan ( Slamet 2002: 32).
Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan: (1) pendayagunaan pengaruh, (2) hubungan antar manusia, (3) proses komunikasi dan (4) pencapaian suatu tujuan. Kepemimpinan tergantung pada kuatnya pengaruh yang diberi serta intensitas hubungan antara pemimpin dengan pengikut (Ginting 1999: 21). Faktor ini yang seharusnya ada di pengurus OSIS SMP N I Gamping. Adanya pendayagunaan pengaruh baik dari pembina dan ketua OSIS akan membuat keduanya saling bersinergi. Selain itu hubungan antar manusia dan proses komunikasi haruslah saling dibangun guna mengetahui apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan dalam OSIS dan dapat saling menyampaikan aspirasi yang dimiliki setiap pengurus OSIS. Agar tidak ada lagi kejadian yang disebabkan kurangnya komunikasi antar anggota. Terakhir ialah pencapaian suatu tujuan yang seharusnya telah ditetapkan terlebih dahulu dan disepakati bersama sehingga para anggota OSIS merasa saling bertanggung jawab pada jabatannya.
Untuk membangkitkan jiwa kepemimpinan di setiap pengurus OSIS, diperlukan latihan dasar kepemimpinan siswa atau LDK. LDKS adalah sebuah bentuk kegiatan yang bertolak ukur kepada peningkatan sumber daya siswa dan siswi peserta untuk mendalami dan memahami tentang konsep konsep atau dasar – dasar sebuah organisasi di sekolah. LDKS ini untuk menanamkan jiwa kepemimpinan, kemandirian, dan keteladanan kepada siswa.
Pelatihan ini sangat berpengaruh bagi siswa terlebih dalam jiwa kepemimpinan pribadi siswa sebelum ia benar-benar menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi di sekolah maupun masyarakat. Melalui LDKS diharapkan dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan yang mampu memimpin diri terlebih dulu dan mampu menjalin hubungan kerja sama dengan orang lain, memiliki keterampilan dan pemahaman tentang organisasi yang lebih baik, para siswa atau siswi peserta mendapatkan sebuah pengalaman baik secara intelektual maupun pengalaman tentang cara bagaimana memimpin sebuah organisai.
Selain itu siswa atau siswi diharapkan dapat lebih berani dan bermain peran aktif dengan tampil dalam menyuarakan aspirasi para siswa kepada pihak sekolah sehingga dalam proses pembangunan ke arah kemajuan sekolah dapat terealisasi secara bersama-sama. Dapat memiliki karakteristik seorang pemimpin yang memiliki intelektual, kreatifititas serta nalar berfikir yang berguna bagi agama dan tanah air bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat pancasila dan undangundang dasar 1945 dan berkeyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
















BAB III
 DIAGNOSIS
            Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengurus OSIS SMP N I Gamping memiliki jiwa kepemimpinan yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan pengurus OSIS yang dilaksanakan dengan sistem tunjuk, kesadaran akan berorganisasi yang rendah, ketidaksiapan pengurus OSIS untuk menjalankan tugas, banyak pengurus OSIS yang tidak bertanggung jawab dengan  jabatan dan fungsinya dalam OSIS sehingga pada akhirnya saling berdebat dan silang pendapat terjadi, dan perselisihan yang terjadi antara Tim A dan Tim B sehingga sedikit banyak menghambat jalannya kegiatan dan program OSIS yang telah disepakati sebelumnya.












BAB IV
 PROGNOSIS
A.  Hal-hal yang Mendukung
Hal-hal yang mendukung untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepemimpinan pengurus OSIS ialah pemberian pelatihan kepemimpinan.  Dengan pelatihan kepemimpinan, pengurus OSIS  mendapatkan pengetahuan seputar kepemimpinan, bagaimana cara menjadi pemimpin dan cirri-ciri pemimpin yang ideal. Selain itu di dalam pelatihan kepemimpinan juga diajarkan beberapa cara mempraktekkan bagaimana seorang pemimpin di tengah kelompok melalui permainan-permainan yang disediakan.
Melalui pelatihan ini diharapkan nantinya pengurus OSIS akan dapat menyerap nilai-nilai yang ada dalam pelatihan  dan dapat mengaplikasikannya sehingga ketika dalam berorganisasi pengurus OSIS benar-benar bisa menempatkan diri baik pada saat di SMP maupun jenjang pendidikan berikutnya.
B.  Hal-hal yang Menghambat
Melalui metode pelatihan kepemimpinan ini terdapat beberapa yang dapat menghambat antara lain ialah pelatihan ini memakan waktu yang panjang yakni dua hari. Pada hari pertama pengurus OSIS terlihat bersemangat akan tetapi pada hari kedua ada beberapa pengurus OSIS yang berhalangan hadir akibat adanya jadwal kegiatan lain. Selain itu pelatihan kepemimpinan tersebut memakan biaya yang cukup besar.


C.  Kesimpulan Prognosis
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan yang rendah pada pengurus OSIS dapat ditingkatkan melalui pelatihan kepemimpinan. Dengan adanya pelatihan ini pengurus OSIS mengerti bagaimana berorganisasi khususnya dalam hal kepemimpinan dan mendapatkan wawasan serta pengetahuan  dalam kepemimpinan sehingga diharapkan nantinya jika pengurus OSIS berorganisasi dapat bertanggung jawab dan memimpin diri sendiri maupun pengurus lainnya. Dan jika ada kaderisasi pengurus OSIS hendaknya pengurus OSIS yang telah dilatih dapat menurunkan pengetahuan dan wawasan kepada pengurus OSIS selanjutnya.













BAB V
 EVALUASI KASUS
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa permasalahan sebenarnya yang ada yaitu rendahnya jiwa kepemimpinan pada pengurus OSIS. Hal ini diketahui berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Rendahnya jiwa kepemimpinan pengurus OSIS ditunjukkan dengan pemilihan pengurus OSIS yang dilaksanakan dengan sistem tunjuk, kesadaran akan berorganisasi yang rendah, ketidaksiapan pengurus OSIS untuk menjalankan tugas, banyak pengurus OSIS yang tidak bertanggung jawab dengan  jabatan dan fungsinya dalam OSIS sehingga pada akhirnya saling berdebat dan silang pendapat terjadi, dan perselisihan yang terjadi antara Tim A dan Tim B sehingga sedikit banyak menghambat jalannya kegiatan dan program OSIS yang telah disepakati sebelumnya.










BAB VI
 TREATMENT
A.  Pelatihan Kepemimpinan
Treatment yang digunakan dalam kasus tersebut ialah menggunakan pelatihan kepemimpinan dengan pertimbangan bahwa dengan metode ini maka pengetahuan dan wawasan pengurus OSIS dapat meningkat dan dapat diaplikasikan sehingga pengurus OSIS tahu bagaimana beroganisasi khususnya menjadi pemimpin yang baik dan ideal.
Pelatihan kepemimpinan ialah  sebuah aktivitas yang di lakukan untuk melatih sehingga mengetahui cara, strategi, atau prinsip dalam memimpin sebuah kelompok hingga mencapai suatu tujuan. Dengan diberika npelatihan ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran pengurus OSIS mengenai arti penting seorang pemimpin sehingga dapat memperlancar proses yang berjalan di dalam organisasi dan meningkatkan prestasi para pengurus OSIS.
Pelatihan kepemimpinan yang diberikan kepada pengurus OSIS ialah pengetahuan mengenai kepemimpinan, bagaimana cara menjadi pemimpin dan ciri-ciri pemimpin yang ideal itu seperti apa. Dengan pemberian pengetahuan dan wawasan seputar kepemimpinan diharapkan para pengurus OSIS mengenal lebih jauh dan dapat mendalami mengenai kepemimpinan dan menerapkannya.
Selain itu di dalam pelatihan kepemimpinan juga diajarkan beberapa cara mempraktekkan bagaimana seorang pemimpin di tengah kelompok melalui permainan-permainan yang disediakan. Permainan ini diberikan agar pengurus OSIS dapat langsung menerapkan apa yang telah diketahui melalui penyampaian materi.
Diharapkan melalui pelatihan ini pengurus OSIS dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya kepemimpinan dalam suatu organisasi sehingga apa yang telah direncanakan dan program OSIS dapat berjalan dengan lancar dan hubungan antar pengurus OSIS semakin erat.
B.  Yang Direkomendasikan
Untuk lebih meningkatkan kepemimpinan pengurus OSIS dapat dilakukan dengan dengan cara :
1.      Memperbaiki struktur organisasi.
Organisasi ini bersifat intra sekolah dan menjadi satu-satunya wadah yang menampung dan menyalurkan kreativitas baik melalui kegiatan kokurikuler maupun ekstrakurikuler yang menunjang kurikulum. Pada dasarnya setiap OSIS di satu sekolah memiliki struktur organisasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun, biasanya struktur keorganisasian dalam OSIS terdiri atas :
·         Ketua Pembina (biasanya Kepala Sekolah)
·         Wakil Ketua Pembina (biasanya Wakil Kepala Sekolah)
·         Pembina (biasanya guru yang ditunjuk oleh Sekolah)

·         Ketua Umum
·         Wakil Ketua I
·         Wakil Ketua II

·         Sekretaris Umum
·         Sektetaris I
·         Sekretaris II

·         Bendahara
·         Wakil Bendahara

·         Ketua Sekretaris Bidang (sekbid) yang mengurusi setiap kegiatan siswa yang berhubungan dengan tanggung jawab bidangnya.
2.      Menjelaskan tugas – tugas dari setiap bidangnya agar siswa mengerti apa tanggung jawab mereka di OSIS.
a. Pembina bertugas/ berfungsi;
- Bertanggung jawab atas seluruh pengelolaan, pembinaan dan pengembangan OSIS di sekolah yang dipimpinya;
-  Mengesahkan keanggotaan perwakilan kelas dengan surat keputusan kepala sekolah yang bersangkutan;
-  Mengesahkan dan melantik pengurus OSIS dengan surat keputusan kepala sekolah yang bersangkutan;
-  Mengesahkan Anggaran Rumah Tangga dan Program Kerja OSIS.
-  Menghadiri setiap rapat-rapat OSIS; dan mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pengurus OSIS
b. Perwakilan Kelas:
 -  Mewakili kelasnya dalam rapat perwakilan kelas
 - Mengajukan usulan untuk dijadikan Program Kerja OSIS
 - Mengajukan calon pengurus OSIS berdasarkan hasil rapat kelas
 - Memilih pengurus OSIS dari daftar calon yang telah disiapkan.
 - Menilai laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir masa jabatanya
  - Mempertanggungjawabkan segala tugasnya kepada kepala sekolah     selaku ketua pembina
 c. Pengurus OSIS bertugas
- Menyusun dan melaksanakan program kerja sesuai dengan  anggaran dasar dan anggaran rumah tangga OSIS; dan dari perwakilan kelas;
- Selalu menjunjung tinggi nama baik, kehormatan dan martabat sekolah tempat mereka belajar; dan
- Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Kepada rapat perwakilan kelas pada akhir masa jabatanya.
                Perincian tugas masing-masing pengurus OSIS :
·           Ketua bertanggungjawab sepenuhnya terhadap jalanya organisasi yang dipimpinya.
·           Seorang wakil ketua mewakili ketua apabila berhalangan dan mengkoordinasikan kegiatan :
-        Sekertariat
-        Bidang ketaqwaan terhadap Tuhan YME,
-        Bidang kehidupan berbangsa dan bernegara
-        Bidang pendidikan pendahuluan bela negara; dan
-        Bidang kepribadian dan budi pekerti luhur
·           Seorang wakil ketua mewakili ketua apabila berhalangan dan mengkoordinasikan :
-        Bendahara
-        Bidang berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan;
-        Bidang keterampilan dan kewirasuastaan;
-        Bidang kesegaran jasmani dan daya kreasi; dan
-        Bidang persepsi, apresiasi dan kreasi seni.
·           Sekretaris bertanggung jawab terhadap pengelolaan administrasi organisasi
·           Wakil sekretaris I membantu tugas-tugas sekretaris dan tugas-tugas seorang wakil ketua I
·           Wakil sekretaris II membantu tugas-tugas sekretaris dan tugas-tugas seorang wakil ketua II
·           Bendahara bertanggungjawab terhadap pengelolaan keuangan organisasi
·           Wakil bendahara membantu tugas-tugas bendahara.
·           Para Sekretaris bidang bertugas melaksanakan program kerja dibidangnya masing-masing
3.      Adanya pelatihan-pelatihan tentang keorganisasian.
·         Latihan kepemimpinan
·         Kegiatan pemantapan wawasan wiyatamandala (lingkungan pendidikan).
4.      Pihak sekolah menyediakan dana khusus untuk kegiatan OSIS.
Untuk menunjang kegiatan – kegiatan yang dilakukan pengurus OSIS agar lebih maksimal dalam merealisasikan program kerja yang telah direncanakan ada baiknya pihak sekolah menyediakan dana khusus untuk OSIS supaya siswa yang masuk OSIS lebih bersemangat dalam berproses di OSIS.
5.      Adanya penataan kembali ruang OSIS.
Lingkungan belajar merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar siswa, yang dapat diciptakan sedemikian rupa sehingga dapat memfasilitasi anak dalam melaksanakan kegiatan belajar. Menurut Suwono (2009), lingkungan pembelajaran terdiri atas dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan non-fisik. Lingkungan belajar yang bersifat fisik, misalnya ruang kelas, perabotan ruangan, kebersihan ruangan, meja-kursi, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan non-fisik, misalnya interaksi, ketenangan dan kenyamanan. Lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang ada disekitar siswa berupa sarana fisik baik yang ada dilingkup sekolah yang berupa sarana dan prasarana kelas, pencahayaan, pengudaraan, pewarnaan, alat/media belajar, pajangan serta penataan ruangan. Dengan demikian suasana belajar dan berproses diruang OSIS menjadi lebih nyaman, suasana baru dan lebih efisien.







C.    Evaluasi Treatment
            Melalui treatment pelatihan kepemimpinan ini cukup berhasil untuk meningkatkan kepemimpinan pengurus OSIS. Dimana sebelumnya pengurus OSIS kurang begitu mengetahui bagaimana berorganisasi khususnya dalam bidang kepemimpinan namun setelah mengikuti dua hari pelatihan, pengurus OSIS lebih sadar mengenai pentingnya kepemimpinan dalam berorganisasi.
Evaluasi Treatment
No.
Sebelum Mengikuti Pelatihan
Setelah Mengikuti Pelatihan
1.
Belum mengetahui mengenai kepemimpinan
Sudah mengetahui mengenai kepemimpinan
2.
Belum mengetahui tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin
Sudah mengetahui tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin
3.
Belum bisa mengetahui bagaimana menjadi seorang pemimpin
Sudah mengetahui cara untuk menjadi seorang pemimpin
4.
Belum mengetahui bagaimana berinteraksi antar pengurus OSIS yang baik
Sudah mengetahui cara berinteraksi dengan baik antar pengurus OSIS.
5.
Belum mengetahui cara berkomunikasi dan penyampaian aspirasi saat di dalam OSIS
Sudah mengetahui dan dapat menerapkan mengenai berkomunikasi yang baik dalam OSIS

DAFTAR PUSTAKA
Http: /untaian-pertumbuhan-dan-perkembangan.html
Monks, F, J, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Stephen Stolp. Leadership for School Culture. ERIC Digest, Number 91. Tahun 1994 (http://www.ed.gov/databases/ERIC_Digests/ ed370198.html)
Yusuf, S. 2001. Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT Remaja        Rosda Karya
Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi Offset.












LAMPIRAN

PSIKOLOGI TERAPAN UMBY
PSIKOLOGI TERAPAN UMBY



0 komentar:

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Kirimkan kesan pesan dan redaksi
ke ryantoex@gmail.com
Ryantoex@gmail.com. Powered by Blogger.

Total Pageviews

Search This Blog

Admin

Definition List