HIDUP SEKALI HIDUP YANG BERARTI

Tuesday 25 November 2014

LAPORAN OBSERVASI



LAPORAN OBSERVASI
TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK
UMB-YOGYAKARTA




Disusun oleh :
Eko Riyanto (11081013)


(KELAS REGULER PAGI(KAMPUS 1)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2013
A.    Judul : Perilaku agresif anak
B.     Pendahuluan
Agresif menurut Murry (dalam Halll dan Lindzey,1993) didefinisiakan sebagi suatui cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain.

 Perilaku agresif menurut David O. Sars (1985) adalah setiap perilkau yang bertujuan menyakiti orang lain, dapat juga ditujukan kepada perasaan ingin menyakiti orang lain dalam diri seseorang.
Sedangkan menurut Abidin (2005) agresif mempunyai beberapa karakteristik. Karakteristik yang pertama, agresif merupakan tingkah laku yang bersifat membahayakan, menyakitkan, dan melukai orang lain. Karakteristik yang kedua, agresif merupakan suatu tingkah laku yang dilakukan seseorang dengan maksud untuk melukai, menyakiti, dan membahayakan orang lain atau dengan kata lain dilakukan dengan sengaja. Karakteristik yang ketiga, agresi tidak hanya dilakukan untuk melukai korban secara fisik, tetapi juga secara psikis (psikologis), misalnya melalui kegiatan yang menghina at
au menyalahkan.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa prilaku agresif adalah sebuah tindakan kekerasan baik secara verbal maupun secara fisik yang disengaja dilakukan oleh individu atau kelompok terhadap orang lain atau objek-objek lain dengan tujuan untuk melaukai secara fisik maupun psikis.
Pertanyaannya kemudian adalah faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi pemicu perilaku agresi tersebut? Mengapa kasus-kasus sepele dalam kehidupan sosial masyarakat sehari-hari dapat tiba-tiba berubah menjadi bencana besar yang berakibat hilangnya nyawa manusia? Mengapa Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa saja penyebab perilaku agresi.
Menurut Davidoff perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1.
Faktor Biologis
Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu:
a. Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. Dari penelitian yang dilakukan terhadap binatang, mulai dari yang sulit sampai yang paling mudah dipancing amarahnya, faktor keturunan tampaknya membuat hewan jantan yang berasal dari berbagai jenis lebih mudah marah dibandingkan betinanya.

b. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Pada hewan sederhana marah dapat dihambat atau ditingkatkan dengan merangsang sistem limbik (daerah yang menimbulkan kenikmatan pada manusia) sehingga muncul hubungan timbal balik antara kenikmatan dan kekejaman. Prescott (Davidoff, 1991) menyatakan bahwa orang yang berorientasi pada kenikmatan akan sedikit melakukan agresi sedangkan orang yang tidak pernah mengalami kesenangan, kegembiraan atau santai cenderung untuk melakukan kekejaman dan penghancuran (agresi). Prescott yakin bahwa keinginan yang kuat untuk menghancurkan disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menikmati sesuatu hal yang disebabkan cedera otak karena kurang rangsangan sewaktu bayi.

c. Kimia darah. Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Dalam suatu eksperimen ilmuwan menyuntikan hormon testosteropada tikus dan beberapa hewan lain (testosteron merupakan hormon androgen utama yang memberikan ciri kelamin jantan) maka tikus-tikus tersebut berkelahi semakin sering dan lebih kuat. Sewaktu testosteron dikurangi hewan tersebut menjadi lembut. Kenyataan menunjukkan bahwa anak banteng jantan yang sudah dikebiri (dipotong alat kelaminnya) akan menjadi jinak. Sedangkan pada wanita yang sedang mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaan yaitu estrogendan progresteronmenurun jumlahnya akibatnya banyak wanita melaporkan bahwa perasaan mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang dan bermusuhan. Selain itu banyak wanita yang melakukan pelanggaran hukum (melakukan tindakan agresi) pada saat berlangsungnya siklus haid ini.

2. Faktor lingkungan
Yang mempengaruhi perilaku agresif remaja yaitu:
a. Kemiskinan
Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami penguatan. Hal yang sangat menyedihkan adalah dengan berlarut-larut terjadinya krisis ekonimi dan moneter menyebabkan pembengklakan kemskinan yang semakin tidak terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya tingkat agresi semakin besar. Ya walau harus kita akui bahwa faktor kemiskinan ini tidak selalu menjadikan seseorang berperilaku agresif, dengan bukti banyak orang di pedesaan yang walau hidup dalam keadaan kemiskinan tapi tidak membuatnnya berprilaku agresif, karena dia telah menerima keadaan dirinya apa adanya.
b. Anoniomitas
Terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain tidak lagi saling mengenal. Lebih jauh lagi, setiap individu cenderung menjadi anonim (tidak mempunyai identiras diri). Jika seseorang merasa anonim ia cenderung berperilaku semaunya sendiri, karena ia merasa tidak terikkat dengan norma masyarakat da kurang bersimpati dengan orang lain.
c. Suhu udara yang panas
Bila diperhatikan dengan seksama tawuran yang terjadi di Jakarta seringkali terjadi pada siang hari di terik panas matahari, tapi bila musim hujan relatif tidak ada peristiwa tersebut. Begitu juga dengan aksi-aksi demonstrasi yang berujung pada bentrokan dengan petugas keamanan yang biasa terjadi pada cuaca yang terik dan panas tapi bila hari diguyur hujan aksi tersebut juga menjadi sepi.

Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas. Pada tahun 1968 US Riot Comision pernah melaporkan bahwa dalam musim panas, rangkaian kerusuhan dan agresivitas massa lebih banyak terjadi di Amerika Serikat dibandingkan dengan musim-musim lainnya (Fisher et al, dalam Sarlito, Psikologi Lingkungan,1992
3. Kesenjangan generasi
Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi antara orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.
4. Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki cirri-ciri aktifitas system saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan akarena adanya kesalahan yang muingkin nyata-nyata salah atau mungkin tidak (Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, 1991). Pada saat amrah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresif.

5. Peran belajar model kekerasan
Model pahlawan-pahlawan di film-film seringkali mendapat imbalan setelah mereka melakukan tindak kekerasan. Hal bisa menjadikan penonton akan semakin mendapat penguatan bahwa hal tersebut merupakan hal yang menyenangkan dan dapat dijadikan suatu sistem nilai bagi dirinya. Dengan menyaksikan adegan kekerasan tersebut terjadi proses belajar peran model kekerasan dan hali ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya perilaku agresif.

6. Frustasi
Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh ssesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Agresi merupakan salah satu cara merespon terhadap frustasi. Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustasi yang behubungan dengan banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan adanya kebutuhan yang harus segera tepenuhi tetapi sulit sekali tercap[ai. Akibatnya mereka menjadi mudah marah dan berprilaku agresi.

7. Proses pendisiplinan yang keliru
Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja (Sukadji, Keluarga dan Keberhasilan Pendidikan, 1988). Pendidikan disiplin seperti akan membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.

Sejak manusia dilahirkan ke dunia ini ia akan melewati beberapa priode kehidupan hingga saat dia sampai ke liang lahad. Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor penyebab seperti yang dipaparkan di atas diharapkan dapat diambil manfaat bagi para orangtua, pendidik dan terutama para remaja sendiri dalam berperilaku dan mendidik generasi berikutnya agar lebih baik sehingga aksi-aksi kekerasan baik dalam bentuk agresi verbal maupun agresi fisik dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan.

Khalil Gibran mengatakan bahwa anak adalah ibarat anak panah. Pertanyaannya, sudahkah anak panah ini memperoleh kebebasan untuk mengarahkan kemana yang ia tuju? Ataukah demi gengsi, atau apalah yang lain anak panah itu akan dibawa dan ditancapkan pada sasaran? Remaja adalah sebuah generasi dari suatu peradaban. Karenanya mempunyai peran strategis dalam perencanaan pembangunan dan bahkan pada arah serta pelaku pembangunan itu sendiri. Namun demikian perlakuan yang salah pada remaja baik yang nakal maupun yang tidak oleh para orangtua dan pengambil kebijakan justru akan berakibat semakin buruk pada peradaban bangsa itu.
Ada 3 asumsi yang menyebabkan perilaku agresif:
1.      Agresifitas merupakan perilaku instink keturunan yang kemudian terbentuk melalui proses evolusi dikendalikan terutama oleh stimulus tertentu. Asumsi tentang semua orang terlahir agresif perlu dipertanyakan karena tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup. Hasil penelitian justru menunjukkan bahwa interaksi seseorang dengan lingkungannya merupakan faktor yang lebih dominan yang menyebabkan perilaku agresif ini muncul.
2.      Perilaku agresif merupakan respons terhadap kelainan hormon dan susunan biokimiawi tubuh. Belum ditemukan bukti yang cukup untuk menunjukkan bahwa struktur biokimiawi tubuh dapt menyebabkan perilaku agresif, meskipun penggunaan obat dan perubahan hormon memang dapat menyebabkan seseorang agresif.
3.      Perilaku agresif merupakan getaran-getaran elektrik yang terjadi pada system saraf pusat. Mekanisme otak mempengaruhi perilaku, sehingga agresifitas dapat disebabkan oleh hasil pengamatan pada kasus gegar otak atau stimulasi elektrik dan kimiawi pada otak yang dapat menyebabkan perilaku agresif.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan, bahwa semua jenis perilaku, termasuk perilaku agresif, melibatkan proses neurologis. Faktor biologis juga bukan satu-satunya faktor yang mengendalikan perilaku.

C.       Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui perilaku apa saja yang biasanya dilakukan seseorang yang
agresif
D.        Lembar Observasi Perilaku agresifitas anak(Model Rating Scale)
Tujuan                       : Mengamati perilaku agresif anak
Nama subjek             : Ahmad Ibrahim hasan(A) dan Sofyani Ramadhan(N)
Tanggal                     : 6 juni 2013
Tempat                      : Dusun jatisawit
Waktu                        : 3x Amatan @ 30menit

HASIL LAPORAN OBSERVASI

No
Aspek Perilaku
Deskripsi
Interval Kemunculan Dalam 3x 30Menit
Anak Agresif(A)
Anak Normal(N)
1
Mencela
Mencela perilaku orang lain dengan kata-kata atau isyarat
7
2
2
Negatif
Mengatakan sesuatu yang isinya netral, tetapi cara mengatakannya dengan nada suara yang negatif
9
41
3
Tidak Patuh
Tidak mengerjakan hal yang diminta
11
20
4
Berteriak
Berteriak atau berbicara keras, jika dilakukan terus menerus menjadi tidak enak didengar
18
9
5
Mengejek
Mengejek sehingga mengakibatkan situasi yang tidak enak
10
7
6
Aktifitas Tinggi
Kegiatan yang membahayakan orang lain, terutama jiak dilakukan dalam jangka waktu yang lama
23
17
7
Tindakan Fisik Negatif
Menyerang atau mencoba menyerang orang lain dengan intensitas tinggi yang dapat menyakiti
24
14
8
Mengeluh
Mengatakan sesuatu dengan nada suara tinggi, mencerca
28
26
9
Destruktif
Merusak atau mencoba merusak barang
33
20
10
Mempermalukan
Mengolok-olok atau membuat orang lain malu dengan sengaja
50
25
11
Menangis
Semua jenis tangis
32
21
12
Perintah Negatif
Memerintah orang lain dengan cara mengancam agar kebutuhannya terpenuhi juga cenderung bertindak kasar
20
8
13
Ketergantungan
Meminta orang lain untuk membantu pada pekerjaan yang sebenarnya mampu dilakukan sendiri
49
33
14
Mengabaikan
Mengerti bahwa orang lain mengarahkan perhatiannya pada anak tetapi anak tersebut tidak menanggapi secara wajar
18
24

Perilaku menyerang, memukul dan mencubit bisa dikategorikan sebagai perilaku agresif. Perilaku seperti ini masih bisa dibilang wajar untuk anak usia kecil, mengingat anak masih terbatas dalam mengekspresikan perasaan dan pemikiran secara verbal. Ini, antara lain karena ia belum lancar bicara. Keterbatasan ini membuat anak lebih mudah frustrasi menghadapi lingkungan yang sulit ia kendalikan atau tidak sesuai keinginan.
Anak bisa belajar jadi agresif dari apa yang ia lihat di lingkungan sekitarnya. Apakah orang-orang di sekitarnya terbiasa menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan? Jika bukan dari orang sekitarnya, anak juga bisa belajar perilaku tersebut dari TV. Oleh karena itu, apa yang ditonton anak perlu diseleksi, karena anak seusia ini belum bisa memilah mana yang baik dan buruk untuk ditiru.
Perilaku agresif juga dipengaruhi oleh sifat anak yang masih egosentris, yaitu masih sulit memahami apa yang dirasakan atau dipikirkan orang lain, atau berempati. Dia tidak paham, memukul orang lain akan menyebabkan orang itu kesakitan. Perkenalkan anak pada konsekuensi dari perilakunya tersebut. Misalnya, ia tidak boleh main lagi kalau memukul teman. 

PENUTUP
A.      Kesimpulan
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat di simpulkan bahwa perilaku agresif adalah tingkah laku yang di tunjukan seseorang cenderung bersifat merusak dan merugikan orang lain serta lingkungan di sekitar mereka secara tidak terkontrol atau tidak terkendali.
Yang termasuk perilaku agresif adalah perilaku yang berakibat pada penderitaan orang lain dan kerusakan barang atau benda.penderitaan dapat bersifat psikis (dalam bentuk turunnya harga diri dan kehormatan) maupun fisik.
Terdapat 4 asumsi utama penyebab perilaku agresif, yaitu faktor biologis, psikodinamika, frustasi-agresif, dan teori belajar sosial.
Perilaku menyakiti diri sendiri biasanya dilakukan oleh penyandang tunalaras tingkat berat, yaitu psikotik, autistik, atau schizopherinik yang dengan sengaja menyakiti diri sendiri secara berulang-ulang dalam berbagai bentuk perilaku yang menyebabkan luka tubuh dan tindakan tersebut dilakukan dengan intensitas, kecepatan, dan kemauan yang tinggi.

B.       Saran

1.    Pihak sekolah dan pihak orang tua harus bekerja sama dalam memahami dan mengerti keinginan anak agar dapat ditentukan tindakan yang tepat untuk mengendalikan perilaku agresif dan menyakiti diri anak sendiri
Adanya sarana dan model pembelajaran khusus bagi anak tunalaras yang diberikan  oleh para ahli yang terbiasa menangani anak tunalaras yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan sifat ketunalarasan pada anak, sehingga anak mampu mimiliki kepribadian yang baik.

 EKO RIYANTO




 NBP 12891011720
SATUAN MENWA MANGGALA YUDHA

                                                                             Daftar Pustaka
David, Jonathan Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga, 2005.
Koeswara, E, Agresi Manusia. Bandung: PT Erasco. 1998.
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004.
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004.
http: // www. E- psikologi. Com/ epsi/ individual detail. Asp ?id= 380
Roni septrianto, Perilaku Agresif Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kedungpane      Semarang Ditinjau dari Religiusitas, (Semarang, UNIKA. 2007).
Fedela Herviantini, Skripsi Agresivitas Pada Remaja Ditinjau Dari Intensitas Menonton Film Kekeratesan Di Televisi, (Semarang, Fakultas Psikologi, UNIKA, 2007).

0 komentar:

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Kirimkan kesan pesan dan redaksi
ke ryantoex@gmail.com
Ryantoex@gmail.com. Powered by Blogger.

Total Pageviews

Search This Blog

Admin

Definition List